
Suatu hari di bulan Mei 2013 saya bersama dengan 5 orang teman dari Indonesia dan 2 orang teman Myanmar ucluk-ucluk jalan ke pusat kota Brisbane untuk mengexplore Brisbane. Saat itu adalah hari pertama kami di Brisbane dan berbekal info dari teman-teman yang sebelumnya udah pernah ke sini, kami pun nekad keliling Brisbane tanpa ada yang tau jalan.
Dari Regatta citycat terminal kami naik citycat sampai ke Eagle Street Pier Citycat Terminal. Layaknya orang kampung yang baru aja ke kota besar, saya pun dengan takjub melihat gedung perkantoran yang menjulang dengan tingginya dan kafe-kafe cantik yang bertebaran di pinggir Brisbane River. Meskipun hampir setiap hari saya menghabiskan waktu di gedung tinggi, tapi entah kenapa kali ini saya norak banget. Saya suka mengamati para pekerja kantoran (cowok) dengan setelan jas dan mbak-mbak kantoran yang sedang kongkow bersama dengan rekan kerja atau temannya, kalo kata orang kita mah ngupi-ngupi cantik hehe.
Kami terus berjalan menyusuri bangunan tinggi di samping Brisbane River sambil sesekali bertanya kepada orang yang lewat ke mana arah untuk mencapai Fortitude Valley. Tujuan kami saat itu adalah Chinatown. Kami nggak memiliki tujuan khusus cuma penasaran aja sama Chinatown.
Saat itu kami berjalan kaki cukup jauh mengikuti arahan orang yang kami tanya di jalan, tapi sayangnya tempat yang kami tuju nggak keliatan. Kami sempat bertanya kembali kepada mbak-mbak kantoran dan berjalan kaki mengikuti arahan mbak itu. Karena nggak nyampe-nyampe lagi-lagi kami bertanya orang lewat di mana arah untuk mencapai Fortitude Valley, salah seorang teman saya bertanya kepada mas-mas yang lagi jalan di dekat stasiun, dan bukannya di kasih tau ke mana arahnya kami malah dimintain duit. Yappp kami bertanya kepada orang yang salah, gak taunya mas-mas itu lagi mabok dan meminta imbalan kepada kami. Kami pun urunan ngumpulin 2,5 dolar untuk diberikan kepada orang itu. “Yah eluu nanyanya malah sama tukang mabok hahahaha!”
Kami udah berjalan kaki sejauh ratusan bahkan ribuan kilometer tapi masih aja nggak samp. selang berapa lama kemudian akhirnya keliatan tulisan-tulisan dalam bahasa cina terpampang di pertokoan dan kami pun senangnya bukan main. Akhirnya sampe juga ke Chinatown. Oalah ternyata ini toh yang namanya Chinatown, kecil banget. Kami ke Yuen’s Asian Market dan belanja bahan makanan buat makan malam dan bekal seminggu kedepan.
Setelah puas belanja kami pun melanjutkan perjalanan pulang, pas mau pulang salah satu teman kami tiba-tiba kakinya lecet dan sibuk keluar masup toko nyari yang jual sandal jepit. Karena lelah saya pun cuma duduk-duduk di pinggir jalan sama teman Myanmar. Setelah keluar dari toko saya pun menanyakan, “Dapet sandal jepitnya?” “Ada sih tapi mahal, nggak jadi deh hehe.”
Okeh lanjutin pulang dari Fortitude Valley sampe ke Eagle Street Citycat Terminal, maak jauh banget! Waktu sampai di Eagle Street kami pun jalan nyelonong sampe ke batas pintu masuk ke ferry. Setelah saya tengok ke belakang kok nggak ada yang antri di tempat kami berdiri, ternyata kami menunggu di tempat yang salah. Lhaa ini kan ada tulisannya EXIT, seharusnya kami nunggu di antrian tempat orang banyak berdiri, kami pun kembali ke pintu masuk dan menunggu di belakang antrian pintu masuk citycat. Saya udah nggak ada tenaga buat berdiri, sayapun menunggu citycat sambil jongkok. Gempor book jalan kaki sejauh itu, mana sendalnya nggak nyaman lagi.
Usut punya usut, setelah saya liat di peta, seharusnya kami cukup berjalan kaki sampai ke Riverside Citycat Terminal aja, jauh lebih deket dari Fortitude Valley daripada harus jalan ke Eagle Street. Kami sampe ke apateu saat hari udah gelap dan langsung masak makan malem sambil berbincang bersama teman-teman di apateu, sungguh hari yang melelahkan 😀

Ada apa aja ya isi dari supermarket asian itu?
Buanyak, ada indomie, blue band, sambal ABC, bumbu ayam goreng, bumbu nasi goreng, terasi, gayung mandi, dll. Walaupun jauh aku seneng belanja di sini, banyak produk indonesia, lebih lengkap daripada di minimarket korea 😀
wuih….. itu orang mabuk minta duit2 segala…
hihihihi….
Mana mintanya dolar lagi hehe
dasar preman bule!
mbuehehehe….
ah preman dengan casing bule yah..:D
Iya hehe
reman kok dipalak :p
Weisssss hahaha
Gak ada beda preman di sini dgn di luar ya
Bedaa, bedanya mereka bule hehe
Yah, paling tidak dengan berjalan jauh jadi lebih banyak pemandangan yang dilihat, Mbak :hehe. Supermarket yang bagus di lingkungan yang, kalau saya lihat di foto, cukup bersih :)). Dan di sana pun ada kaum mabuk yang suka minta uang juga, ya… :hehe.
Iya di sana bersih tempatnya, kalo di pemukiman banyak rerumputan gitu..
Lagi apes aja nemu 1 pemabok hahaha
Errrrrr….itu dipalak pemabok gimana deg-degannya. Tapi gaya malaknya nggak lebih serem sama pemabok di Indonesi kan Mbak 😀
enggak kok orangnya biasa aja, mintanya juga baek-baek. aku baru ngeh setelah liat dia lg pegang botol, malah sereman orang kita lagi
Wah, ya masih mending orang luar ya brati mbak. Mintanya baik-baik. Kalau orang sini mah, bisa sampai ke arah kasar dan kekerasan :’
ternyata gag disini aja ada pemalakan dengan modus memberitahu jalan ya kak 😀
diluar negeri juga ada