
Binnenhof, kompleks bangunan bersejarah yang terletak di pusat kota Denhaag, di sampingnya terdapat danau Hofvijver (Court Pond). Di sinilah lokasi diselenggarakannya pertemuan Konferensi Meja Bundar yang diselenggarakan sejak tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949. Konferensi ini berakhir dengan kesediaan Belanda memberikan kedaulatan kepada Indonesia yang ditandatangani pada tanggal 2 November 1949.
Pertanyaannya adalah, apakah Belanda memberikan kedaulatan kepada Indonesia dengan cuma-cuma? Saya iseng-iseng ngobrolin tentang ini dengan kakak saya ketika sedang berada dalam perjalanan dari rumah ke kantor. Saya yang saat itu sedang belajar untuk persiapan ujian, mau gak mau harus browsing dan membaca tentang sejarah kemerdekaan Indonesia, pancasila, UUD 1945 dan materi lain. Tiba-tiba saja saya teringat dengan lokasi yang pernah saya datangi saat sedang berada di Denhaag sebulan yang lalu. Kalo Mbak Deny nggak ngasih tau kalo di Binnenhoflah lokasi penandatanganan Konferensi Meja Bundar, mungkin saya nggak akan browsing dan berusaha mencari tahu.
Tiba-tiba pas di mobil kakak saya bilang, kalo kata Kurawa, Indonesia ini nggak mendapatkan kemerdekaan secara cuma-cuma, namun harus membayar sebanyak beberapa milyar gulden (banyak dah) kepada pemerintah Belanda dan baru akan lunas di tahun 2000 sekian. Saya pun kaget, “Hah, masak iya kita bayar, emang punya duit?!”
Saya langsung browsing ke Wikipedia dan menemukan ini
Perundingan mengenai utang luar negeri pemerintah kolonial Hindia Belanda berlangsung berkepanjangan, dengan masing-masing pihak menyampaikan perhitungan mereka dan berpendapat mengenai apakah Indonesia Serikat mesti menanggung utang yang dibuat oleh Belanda setelah mereka menyerah kepada Jepang pada 1942. Delegasi Indonesia terutama merasa marah karena harus membayar biaya yang menurut mereka digunakan oleh Belanda dalam tindakan militer terhadap Indonesia. Pada akhirnya, berkat intervensi anggota AS dalam komisi PBB untuk Indonesia, pihak Indonesia menyadari bahwa kesediaan membayar sebagian utang Belanda adalah harga yang harus dibayar demi memperoleh kedaulatan. Pada 24 Oktober, delegasi Indonesia setuju untuk menanggung sekitar 4,3 miliar gulden utang pemerintah Hindia Belanda.
Kemudian di paragraph terakhir disebutkan
Tekait utang Hindia-Belanda, Indonesia membayar sebanyak kira-kira 4 miliar gulden dalam kurun waktu 1950-1956 namun kemudian memutuskan untuk tidak membayar sisanya.
Entahlah, saya nggak mau komentar mengenai ini, cuma sekedar tahu aja.
Kembali ke Binnenhof, saat itu sore hari tanggal 28 September 2015, saya bersama dengan Ika dan Mbak Deny berjalan kaki menyusuri kota Denhaag setelah sebelumnya mengunjungi Leiden. Kami berjalan memasuki kompleks Parlemen Denhaag dan berfoto sejenak. Ika sempat meminta kepada petugas yang sedang berjaga untuk berfoto bareng, namun ditolak dengan halus oleh mereka. Mereka sedang bekerja, nggak boleh berfoto dengan pengunjung. Cuaca di sore hari yang sejuk membuat saya betah berlama-lama berjalan kaki di kota Denhaag.
Ketika berjalan kaki ke luar kompleks Binnenhof, kami mendapati pemandangan yang tidak kalah cantik. Danau Hofvijver dengan pantulan cahaya matahari dan Binnenhof di sore hari memberikan keteduhan dan ketenangan hati. Kami pun memutuskan untuk duduk santai di pinggir danau dan tidak melakukan apapun. Saya suka duduk bermalas-malasan di pinggir danau. Suasana terasa damai, udara di musim gugur yang cukup dingin pun sama sekali nggak mengganggu saya.
Binnenhof dibangun pada abad ke 13. Bangunan kastil bergaya arsitektur gothic ini digunakan sebagai pusat politik Belanda pada tahun 1584. Bangunan ini merupakan salah satu dari 100 situs warisan Belanda.










Waaa ketemuan sama mba Deny yaaaa, ingiiiin!!
Ah entahlahh aku suka bingung dengan fakta sejarah kita 😦
Iya kopdaran sama Mbak Deny, lumayan diajak jalan-jalan di Denhaag 😀
Bijooooooo, kamu tinggi bgt haha. Btw baru tau soal hutang2 itu mau browsing ah
Emang, kalo jalan sama temen-temen aku yang paling menjulang tinggi haha
Eh aku juga baru tau, ternyata belom lunas utangnya, katanya
Plus aku yang memang mungil banget Non, jadi makin nampak mungil lah jejer Bijo hahaha
ada juga mereka yang bayar ganti rugi krn udah menjajah yak :p
Iya iyak, kebalik yaa, lha kita yang dirugikan malah harus ngebayar ya
Huwooooo… Ada fotoku mejeng disini :))) numpang tenar sebentar. Bijo, ada sedikit koreksi. Kalau didalam area itu nama gedungnya betul Binnenhof. Tapi kalau sudah diluar namanya Buitenhof. Binnen=dalam. Buiten=luar. Jadi foto2 gedung yang dari luar itu masuk area Buitenhof.
Sejarahnya menarik ya. Aku baru tahu ini hahaha, ketauan banget ga pernah baca sejarah bangsa sendiri.
Oalah yang di luar itu beda toh namanya, aku gak tau hahahaha. Makasih koreksinya mbak deny 🙂
Kak … kurawa itu yg ikut konfrensi meja bundar yaaa ??? #laluDigampar
#digamparbolakbalikpakebakiak 😀
Deny emang deh layak jadi guide buat blogger yang lagi trip ke sana 😀. Waktu itu juga dibawa keliling sama Deny, di bawah hujan. Brasa romantis 😄
Mampir ke Si Des yang di deket stasiun Spui? Dari pengalaman kemrn gue jalan kesono.. Den Haag is the best, pengen banget bisa tinggal di kota ini.. Teduh dan Nyaman….
Des? Apa tuh? Denhaag enak kotanya, sepi & adem!
Hahaha warung makan indo… 😛
Yah gak ke sana, gak tau.. di jalan apa sih tempatnya?