Setelah mengakhiri Iceland road trip dan berpisah dengan 2 teman jalan kami, saya dan Ika masih memiliki sisa waktu selama 2 malam untuk singgah di Reykjavik sebelum melanjutkan perjalanan ke Roma. Awalnya saya berencana untuk mengikuti aurora bus tour dengan dipandu oleh local guide di Reykjavik, namun karena setiap malam turun hujan rasanya tidak mungkin kami dapat melihat aurora borealis di Reykjavik. Lagipula persediaan uang krona saya mulai menipis.
Aurora pertama yang kami lihat saat sedang road trip tidak sempat saya abadikan karena sayanya yang gaptek. Auroranya sih sebenarnya lumayan jelas, tapi karena saya ngantuk saya lupa-lupa inget wujudnya, setengah sadar liatnya, yang saya inget warnannya itu ijo, udah itu doang. Saya ini benar-benar nggak bisa nggak tidur di malam hari, keinginan untuk melihat aurora bisa kalah dengan keinginan saya buat tidur.
Sampai di hari terakhir saya di Islandia, cuaca masih terus mendung dan gerimis. Saya udah nyerah dan nggak berharap lagi bisa melihat aurora borealis untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan Islandia. Tanggal 6 Oktober 2015, sekitar pukul 19.00 malam kami dijemput oleh Skybuss (damri-nya Islandia) untuk berangkat ke Keflavik International Airport. Bus dengan tiket seharga 2500 ISK ini terisi penuh dengan para penumpang yang hendak ke bandara. Di bus saya bisa terhubung dengan wi-fi dan iseng-iseng browsing melihat aurora forecast. Gerimis yang setia menemani perjalanan kami perlahan mulai berhenti. Sesekali saya memandang ke arah luar jendela bus dan nggak melihat tanda-tanda kehidupan.
Sebenarnya saya nggak rela banget kalo harus pulang tanpa berkesempatan melihat aurora borealis untuk kedua kalinya. Sedih lho udah jauh-jauh ke sini nggak puas-puasin liat aurora, kapan lagi saya bisa ke sini. Suasananya saat itu mellow banget. Saya buka website aurora forecast dan masih sedikiiiiiiiiiit berharap menemukan keajaiban. Keajaiban dengan peluang yang sangat kecil.

Aurora forecast saat itu menunjukan warna hijau di atas peta Islandia. Warna hijau berarti peluangnya kecil, langitnya nggak bersih. Untuk dapat melihat aurora borealis dibutuhkan kondisi langit yang sangat bersih atau nggak boleh ada awan, apalagi awan hitam. Selain itu harus jauh dari polusi cahaya supaya bisa keliatan lebih jelas. Saya yang sok tau ini mikirnya nggak mungkin banget bisa liat aurora dalam keadaan mendung abis gerimis, sotoy dahh.

Setelah kurang lebih 1 jam akhirnya bus yang kami tumpangi tiba di Keflavik International Airport. Setelah keluar dari bus kami langsung menuju counter check in tapi counter check in masih terlihat lengang. Pesawat kami masih akan terbang diatas jam 12 malam, kami masih harus menunggu sampai counter check in dibuka. Untuk membunuh waktu kami pun duduk-duduk di kursi di dekat pintu keluar yang gelap di sebelah pasangan yang berasal dari Jerman.
Selama ada koneksi wi-fi, menunggu tidaklah terasa membosankan. Saya masih bisa posting foto screen capture aurora forecast dan update status di social media yang isinya ‘berharap menemukan keajaiban’. Nggak lama setelah duduk di samping bule ganteng dari Jerman, tiba-tiba ada seorang ibu yang berlari di sebelah saya dan kasih tau kalo aurora borealis lagi lewat di depan. Bulu kuduk saya langsung berdiri, saya pun langsung mengambil kamera saya dan berlari keluar terminal bandara mengikuti si ibu tersebut, sementara Ika asik packing bongkar-bongkar koper sebelum akhirnya menyusul saya keluar terminal. Orang-orang yang sedang menunggu di bandara pun segera berlari keluar dan melihat aurora borealis
Wowwww aurora, lagi!!! Saya girang bukan main, saya dan Ika kesenengan dan jejingkrakan sambil berpegangan tangan. Setelah puas jejingkrakan, saya langsung mensetting kamera ke settingan khusus dan berusaha untuk mengabadikan aurora borealis melalui kamera saya. Tapi ternyata masih ada yang salah dengan settingan saya, saya ngoprekin kamera sebisa mungkin sambil memasang ekspresi sedih. Tiba-tiba datanglah seorang cowok Jerman yang memberikan bantuan untuk mensetting kamera saya. Kemudian dia mencoba untuk tes jepret aurora dengan kamera saya dan sukses, aheyyyy! Saya diajarin cara foto aurora sampe jongkok-jongkok dan tiarap dibalik batu besar hahaha.
Setelah puas liatin aurora yang nggak ilang-ilang di atas kepala saya dan memfoto secukupnya saya pun kembali ke dalam terminal bandara. Saking dinginnya tangan dan muka saya berasa kebas, saya tabok-tabokin muka saya supaya nggak kedinginan. Saya udah seneng akhirnya bisa melihat aurora di saat-saat terakhir sebelum pulang. Saya kembali duduk ke posisi semula disamping cowok yang telah ngebantu mensetting kamera saya, yang ternyata sejak awal emang duduk di sebelah saya haha. Kami ngobrol sebentar sebelum akhirnya asik dengan gadget masing-masing.
Counter check in masih belum dibuka, sambil nunggu saya minum antimo supaya bisa tidur nyenyak di pesawat selama 3,5 jam nanti. Gak lama setelah minum antimo mata saya mulai kriyep-kriyep dan saya nggak berhenti nguap. Seharusnya kalo saya nggak minum antimo dan tepar, saya mungkin bisa melihat aurora dari dalam pesawat. Jadi seperti inilah pengalaman melihat northern light atau aurora borealis langsung dengan mata kepala sendiri, bukan melalui video di Youtube. Saya sih liat videonya di youtube aja udah seneng, apalagi bisa liat langsung hehe, Alhamdulillah.
Foto yang saya jepret ini cuma seadanya aja karena saya nggak bisa buka foto aurora di laptop, di hp maupun di wp. Saya cuma bisa liat di kamera SLR doang. Mungkin diantara kalian ada yang ngerti cara mensetting atau format foto dari RAW ke JPG?

Video ke-2 di youtube ini lebih keren, bukan time lapse tapi real time, auroranya keliatan nyata banget!
Aurora Borealis di Alaska? yukk!! *apasehh 😀
eh, jadi itu bisa liat di man ajah yah di sana? kereeen bgt T.T
Bisaaa, di belahan bumi bagian utara dan selatan yang deket kutub 🙂
Ahhhhhh bagusnya. Bijo cara motretnya gimana?
Motretnya ya cuma tekan tombol jepret haha *ditimpuk kamera Mirrorless
Cuma settingannya itu yang mbingungin, aku juga nggak ngerti hihi
Kalau sudah niat, maka semesta pasti mendukung ya Mbak :hehe. Suka euy baca tulisan-tulisan di sini, habisnya bikin semangat buat jalan-jalan lagi, kalau memang sudah niat, jalan ke sana bakalan ada saja, bahkan ketika waktu sudah mepet.
Coba install Lightroom/program converter gambar sejenis di laptop, terus import fotonya, habis itu dioprekin sedikit, baru dieksport ke jpeg. Bagus tuh diambil pakai RAW nanti gambarnya bisa keluar semua :hehe.
Kayaknya ribet convert fotonya hihi..
Di mana ada jalan, di situ kadang saya merasa lelah hahaha. Ayo semangat teruslah apa pun yang diniatin pasti bisa..
Iyah, terima kasih Mbak!
No worries hihi
Bijo, entah karena konspirasi alam atau bagaimana ga paham juga, suami sebulan lalu tiba2 ngomong “yuk ke Iceland. Aku pengen kesana” langsung aku keingat kamu haha. Wow, sudah 3 bulan lalu ya kamu ke Belanda, time flies
Ahh..keren bisa menikmati Auorora Borealis, jaman kecil klo di tivi liat aurora tuh planet bumi serasa jadi planet lain ya. Kayanya klo mau ke Icelandia atau Antartika buat menikmati Aurora gw harus belajar setting kamera dulu. Gak pernah pake SLR karena berat dan gak tahu cara settingnya (padahal pengen banget bisa make SLR), pake mirrorless pun cuman auto yah karena malas belajar. Kirain bisa merekam aurora klo di video-in aja pake SLR gtu Bjo?
Aduuuuh, jadi pengen segera kesana, tapi kali winter bukan waktu yang tepat buat liat Aurora Borealis ya. Suami saya suka banget ama ini, eeh sejak saya tau beberapa tahun lalu pas masih di Surabaya, jadi suka juga, daaan eeeh sekarang mendarat di blog ini, dan banyak ttg Iceland! Oh ya maap asal nyelonong, salam kenal, saya Lulu dari Surabaya, hijrah ke Jerman udah hampir 5 tahun.
Salam kenal Lulu 🙂
Justru winter adalah saat yang tepat buat liat aurora borealis, kalo beruntung bisa liat yang bagus