Traveling

Jadi Zombie di Jalan [Trip Bareng ke NZ]

20160306_063710
Antartic Center

Waktu menunjukan pukul 5.30 ketika kami tiba di Christchurch International Airport. Penerbangan dari Melbourne ke Chrisctchurch berjalan lancar, Alhamdulillah. Pesawat yang saya tumpangi kondisinya nggak penuh. Setelah melewati drama pemeriksaan keimigrasian dan bagasi, kami bergegas menuju keluar bandara dan berjalan menuju halte yang terletak di depan Antartic Center untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Greymouth.

Kami membagi tugas, saya menunggu bis di depan Arctic Antartic Center, sedangkan teman jalan saya (TJ) menunggu di sebrang. Saya tidak tahu pasti dari arah mana shuttle bus kami akan datang.  Saat sedang menunggu bis, datanglah seorang ibu-ibu yang duduk di sebelah saya. Dari aksen bicaranya saya bisa menangkap kalau dia orang Selandia Baru asli. Untuk memecah kesunyian di pagi yang masih gelap itu, dia memulai percakapan. Kami ngobrol menanyakan akan ke mana, dari mana, dengan siapa dan seterusnya. Usut punya usut ternyata si ibu itu adalah orang Selandia Baru yang saat ini sadang tinggal di Brisbane dan pulkam ke Selandia Baru. Brisbane? Ah saya familiar dengan Brisbane, maka obrolan kami pun terus berlanjut.

Kami terus berbincang seputar dunia traveling. Kami keasikan ngobrol sampe gak nyadar kalo matahari mulai menampakan sinarnya dan tandanya hari semakin siang. Saya berkali-kali melihat jam di hp  yang mulai menunjukan ke angka 7. Celingak-celinguk ke sana ke mari berharap ada yang datang menjemput. Tapi bis yang saya tunggu tak kunjung datang dan saya mulai sedikit panik.

Oh iya, saya baru inget kalo bis di sini suka ngaret. Dulu juga waktu mau ke Lake Tekapo bisnya ngaret. Sekitar jam 7an akhirnya angkot (shuttle bus) yang saya tunggu datang. Saya membayangkan akan naik sebuah bis berukuran besar, tapi ternyata yang datang sebuah van/elf, kalo di Indonesia disebutnya travel untuk jenis mobil model ini. Saya melambaikan tangan ke arah kamera sebrang untuk memberi tahu TJ bahwa angkot kami sudah datang. Kami pun berpisah dengan si ibu dan langsung naik ke shuttle.

Hanya ada kami  dan pak sopir di dalam shuttle. Shuttle langsung menuju Christchurch City untuk menjemput penumpang lain satu persatu. Kami bertemu lagi dengan teman jalan lainnya (D) di Around the World Backpackers. Ucluk-ucluk dia keluar dari hostel sambil geret kopernya yang besar. Akhirnya lengkap sudah tim kami, maka saya bisa mulai tidur nyenyak di shuttle. Yup, itu misi pertama saya hari itu.

20160306_113925
Di angkot

Sebetulnya ada 2 alternatif untuk menuju Greymouth, yaitu dengan bus dan kereta. Kalau menggunakan mobil waktu tempuh kurang lebih selama 4 jam, kalo dengan kereta lebih singkat. Dalam sehari hanya ada 2 shuttle yang berangkat dari Christchurch ke Greymouth, itu pun dari 2 perusahaan yang berbeda. Harga tiket shuttle yang saya ambil jam 7 pagi dari Christchurch Airport ke Greymouth 55 dolar.

Kalo pengen momen berkesan dan gak terlupakan bisa naik Scenic Train Tranzalpine. Kenapa disebut scenic train, karena pemandangan yang akan dilewati jalur kereta itu adalah pemandangan yang Southern Alps yang spektakular. Arthur’s Pass yang wow! Tiketnya seharga 175 dolar yang paling murah. Berhubung tujuan kami di jalan adalah untuk tidur, maka saya lebih memilih menggunakan shuttle supaya sampenya lebih lama sehingga bisa tidur lebih lama juga, kan jetlag Zzzzz. Perjalanan masih panjang, kami harus menghemat energi supaya besok kuat jalan.

Setahu saya jalur di Arthur’s Pass itu jalannya berkelok-kelok dan turun naik. Saya yang udah tepar langsung tertidur lelap sambil mengencangkan sabuk pengaman. Saya antara sadar nggak sadar, kayaknya shuttle yang saya tumpangi itu ngebutnya pake banget. Saya beberapa kali hampir kelempar ke sana kemari karena guncangan, tapi karena udah tidur kayak orang pingsan saya nggak memedulikannya, yang penting tidur. Perjalanan yang saya tempuh dari Soetta sampai Christchurch 2 hari (transit seharian di Melbourne), makanya saya tepar haha.

Pas lagi enak-enaknya tidur, kami dibangunin untuk istirahat di rest area. Rest area ini terletak di hutan, tapi fasilitasnya lengkap. Saya cuma bolak-balik ke toilet dan duduk sebentar tapi gak jajan apa-apa. Baru sebentar leyeh-leyeh kami udah diteriakin untuk naik ke shuttle lagi. Kirain kami masih menunggu penumpang lain yang juga lagi istirahat, nggak taunya sebagian besar penumpang turun di sana dan tersisa beberapa orang di shuttle. Ternyata saya nggak punya foto di perjalanan ke Greymouth.

Masih dalam upaya ngumpulin nyawa, saya lanjutin lagi bobo siangnya. Pasang penutup mata, bungkus tangan saya yang kedinginan dan saya pun langsung terlelap lagi. Sinar matahari yang menyeruak di balik jendela saya abaikan. Kalo lagi ngantuk begini saya kayak zombie haha.

Pas lagi enak-enaknya tidur, kami diberi tahu bahwa kami udah sampai pemberhentian akhir. Perjalanan selama 4 jam ini berjalan cepet banget, saya kan masih belum puas tidur. Dengan berat hati akhirnya saya bangun dan keluar dari shuttle. Saya langsung mengambil ransel dan masuk ke dalam I-Site untuk menanyakan arah penginapan kami. Nyawa masih 3/4, dan saya udah harus baca peta, bisa dipastikan saya akan tersesat kalo nggak nanya terlebih dahulu di I-Site. Walaupun udah hapal letak hostelnya, tapi kalo nggak bisa bedain arah utara selatan timur barat sama aja boong.

Greymouth di hari minggu seperti kota kosong. Cuma supermarket, I-Site, KFC dan McD kayaknya yang buka. Sejauh mata memandang, sepanjang kaki melangkah di pusat kota nggak ada orang. Saya bertanya-tanya, ke manakah gerangan orang-orang yang tinggal di sini. Sambil jalan ke penginapan, mata saya hanya tertuju ke satu gerai makanan siap saji asal negeri Paman Sam. KFC! Saya pengen lari ke KFC karena udah kelaperan, haha. Duh, ngomongin makanan saya jadi pengen bikin indomie. Masak dulu ahh.. *lari ke dapur Blogger gak bertanggung jawab langsung ninggalin postingannya sebelum kelar 😀

 

Advertisement

7 thoughts on “Jadi Zombie di Jalan [Trip Bareng ke NZ]”

  1. Siang mbak mau nanya dung, saya mau berangkat ke NZ sept kira2 cuacanya oke gak yah? dan kalo boleh nanya atu lagi. cuaca plg bagus itu bulan apa yah? terima kasih.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s