Pada saat melakukan perjalanan ke Selandia Baru, salah satu agenda saya adalah berlayar mengelilingi Fjord di Milford Sound, Fiordland National Park. Tapi apa daya manusia berencana, alam berkata lain. Kali kedua ke Selandia Baru, saya masih penasaran dengan keindahan panorama Milford Sound. Berlayar dengan menggunakan kapal besar selama 2 jam untuk melihat keindahan alam Milford Sound, Mitre Peak, Bowen Falls, anjing laut yang berjemur, seperti yang telah saya lakukan 1,5 tahun sebelumnya.
Kali ini saya nggak mau nyetir sampai ke Milford Sound, capek. Saya lebih memilih untuk menggunakan tour yang harganya sepaket dengan bus dan cruise (Coach-Cruise-Coach). Saya udah memesan jauh-jauh hari sebelum tiba di Selandia Baru. Ada banyak sekali operator yang menawarkan paket cruise ke Milford Sound. Setelah dulu menggunakan Real Journeys, kini saya mencoba operator baru yaitu Go Orange, selain karena harganya lebih murah, reviewnya juga bagus-bagus. Harga dan review, ini adalah pertimbangan utama saat memesan baik tour operator, maupun penginapan.
Seperti yang tertera di bookingan tiket, kami sudah harus berkumpul di meeting point di Queenstown pada pukul 6.30 pagi. Karena lokasi hostel kami agak jauh dari jalan raya, maka saya memilih untuk dijemput di lokasi terdekat dengan hostel yaitu di depan X-Base Queenstown.
Pagi itu kami melangkahkan kaki dengan gontai sambil menahan ngantuk dan menahan dinginnya angin pagi Queenstown. Saya sudah siap dengan jaket sweater tipis dan jaket waterproof, antisipasi supaya nanti nggak kebasahan di kapal saat berada di bawah air terjun di kapal. Setelah sampai di X-Base kami cuma melihat beberapa orang yang juga sedang menunggu bus. Sambil nungguin bus saya numpang wi-fi di depan YHA Queenstown Hostel untuk ngecek email dan konfirmasi dari operator bus takut ada perubahan atau pembatalan jadwal.
Setelah menunggu selama 30 menit lebih bus yang kami tunggu nggak kunjung datang. Suasana pagi itu masih gelap, dingin dan hujan gerimis. Suasana yang sangat mendukung untuk bersembunyi di balik selimut tetangga hostel. Gak lama kemudian datanglah bus besar bertuliskan Real Journeys dan seseorang bercelana pendek dan t-shirt yang sedang mencari calon penumpang. Dia menghampiri saya yang sedang menunggu bus di depan X-Base Queenstown. Beluman juga nanya saya udah bilang “Enggak, saya lagi nungguin Go Orange, bukan Real Journey”. Kemudian dia menunjukan tulisan kecil yang ada di T-Shirtnya, “Saya dari Go Orange, apakah kamu Bijo?” “Ohhhh, iya bener-bener itu saya!!” Kemudian saya menunjukan secarik kertas berisi lembar konfirmasi pemesanan tour.
Kami langsung masuk ke dalam bus dan memilih kursi yang semuanya masih kosong. Saya duduk sendiri di baris nomor 3 di samping jendela. Bus sempat berhenti beberapa kali untuk mengangkut penumpang lainnya. Saya langsung mengeluarkan perlengkapan perang (kupluk buat penutup mata dan pashmina buat selimut) untuk melanjutkan tidur. Saya nggak nyimak sopir bus yang sedang nyetir sambil memandu kami berbicara dalam bahasa inggris karena aksennya kurang jelas. Sampe sekarang saya nggak tau siapa namanya dia hehe.
Setiap melewati spot yang kece dia otomatis akan menjelaskan kepada penumpang bus mengenai informasi. Seinget saya dia banyak ngomong selama di bus, tapi karena saya udah ngantuk nggak karuan saya nggak nangkep semua ucapannya. Pemberhentian pertama kami adalah Te Anau yang berjarak sejauh 172 kilometer dari Queenstown dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Kami diberikan waktu selama 30 menit untuk istirahat di Te Anau. Di Te Anau bus akan mengambil penumpang lainnya, barulah kemudian berangkat ke Milford Sound.
Tempat istirahat di Te Anau ini berupa bangunan berisi restaurant dan toko souvenir. Saat baru memasuki restoran saya langsung disamperin mbak-mbak yang juga turis yang langsung bertanya kepada saya dalam bahasa cina. Setelah saya bilang kalo saya nggak bisa bahasa cina atau mandarin (gak tau bahasa apa) dia langsung meminta maaf. Sorry, gue kira lo orang cina haha.
Setelah beristirahat dan liat-liat souvenir kami akhirnya naik lagi ke dalam bus. Kami masih hrus melanjutkan perjalanan lagi sejauh 118 kilometer dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam sampai ke Milford Sound. Saya sengaja nggak mau tidur kalo udah mendekati Milford Sound karena pemandangan semakin ke sana semakin cantik.
Pemandangan dari Te Anau ke Milford Sound berupa hamparan perbukitan rumput hijau dan pepohonan. Sambil memandang kaca jendela saya sambil tersenyum berusaha mengingat perjalanan sebelumnya. Dulu kami nyetir sendiri dari Te Anau sedangkan sekarang disopirin sopir bus. Enaknya pake tur kita bisa tidur seenak jidat tanpa ngerasa sungkan atau nggak enak sama yang nyetir.
Di jalan saya melihat banyak sekali bus-bus yang juga membawa tour. Setelah hampir setengah jalan, tiba-tiba bus yang kami tumpangi berhenti. Berjalan tersendat-sendat. Setelah menengok ke arah depan ternyata bus mengalami kemacetan. Kemacetan ini merupakan pemandangan yang langka. Nggak kayak di Jakarta yang udah dikenal dengan kota macet. Saya cuma bisa berdoa supaya perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke Milford Sound dan nggak ada halangan berarti.
Sepagian pada saat berangkat saya sempat mendengar bahwa saat itu cuaca di Milford Sound lagi nggak bagus. Sopir bus juga nggak bisa menjanjikan kalo hari itu dia bisa membawa kami ke Milford Sound. Macet di Te Anau-Milford Highway ini mengular sepanjang jalan kenangan.

Ada 2 pilihan saat itu, mau tetap menunggu diantara kemacetan sampai berjam-jam danbelum tentu bisa naik kapal karena udah kesorean dan cuacanya lagi nggak bagus atau kembali ke Te Anau dan menerima pengembalian uang tour penuh. Sopir bus kami terus berkomunikasi melalui ponsel dengan banyak pihak untuk menanyakan kondisi jalan menuju Milford Sound. Usut punya usut ternyata jalan ke arah Milford Sound ditutup karena nggak bisa dilewati. Saya nggak nyari tau juga kenapa jalannya ditutup, apakah karena longsor atau ada pohon tumbang.

Sambil menunggu keputusan, para penumpang turun dari bus untuk refreshing sekedar berfoto atau mencari udara segar. Setelah berdiskusi dengan bus lain yang sudah berada jauh di depan, aakhirnya bus kami memutuskan untuk kembali ke Te Anau. Sopir bus akhirnya kembali menyalakan mesin dan melajukan bus ke depan. Saya melongok ke jendela kalo ada ibu-ibu yang lagi lari ngejar bus. “Pak, ada 1 penumpang lagi yang ketinggalan, dia lagi lari tuh!” “Biarin aja!” Haaaaaaaa!??? Ternyata dia cuma nyari tempat putar balik bus doang kemudian kembali untuk menjemput ibu-ibu Korea itu hehe.
Bus kami kembali ke kantor Go Orange di Te Anau. Namun, saat sudah sampai di Te Anau, bus kami dihampiri 2 orang polisi patroli yang datang untuk menanyakan sopir bus dan mengecek kelengkapan surat-surat. Feeling saya sih polisi itu dateng karena liat pak sopir bus berkali-kali berbicara dengan menggunakan ponsel saat berkendara. Hal ini mungkin buat kita di Jakarta dianggap biasa aja, tapi nggak di Selandia Baru. Makanya jangan sembarangan kalo nyetir di negara orang. Lewatin garis tengah dikit juga bisa kena tilang hiiy!

Sebagai bentuk pertanggung-jawaban operator tour memberikan makan siang gratis dan pengembalian biaya penuh yang akan dibayarkan melalui kartu kredit dalam waktu beberapa hari kerja. Kami diarahkan ke warung di sebelah kantor Go Orange dan diperbolehkan untuk memesan 1 buah pie dan 1 buah minuman. Saya memesan apple pie dan ginger beer bundaberg.

Waktu mau naik bus saya ketemu lagi sma ibu korea yang hampir ditinggal bus. Dia jalan-jalan sendirian, nggak bisa bahasa inggris, dan nggak berusaha untuk mencari tahu informasi disekitarnya. Si ibu ini nggak tau kalo kita bisa rifund. Sebagai orang yang baik hati akhirnya saya menawarkan diri untuk menemaninya ke kantor Go Orange dan minta refund, sementara teman jalan saya kembali ke bus buat ngebilangin kalo masih ada 2 penumpang nyangkut di kantor Go Orange supaya nggak ditinggal ke Queenstown. “Ayo bu saya anterin ke sana!”
Setelah curi dengar ternyata si ibu ini orang Korea, kirain saya dari pagi dia orang Cina. Yaudah deh saya ajak ngobrol pake bahasa Korea seadanya. Saya sedikit sksd sama si ibu ini, nanya-nanya sama siapa ke sini, sampe kapan, mau ngapain, kepo aja haha. Sambil nungguin si ibu diproses refundnya, saya kepoin bapak sopir bus kenapa tadi polisi nyamperin kita. “Oh enggak cuma pengecekan dokumen doang” Katanya. Saya memasang tampang penuh selidik, yakin cuma pengecekan dokumen doang, kok sampe segitunya. 2 hari berturut-turut dibehentiin Polisi, mimpi buruk saya sepertinya belum akan berakhir, nggak mau lagi kena tilang. Mana kapokmu Bijo!!!???
Setelah perut kenyang dan selesai semua urusan, kami semua kembali melanjutkan perjalanan ke Queenstown. Sungguh perjalanan yang panjang. Apakah saya kecewa? Oh tentu tidak! Walaupun nggak sampe berlayar di Milford Sound, saya sih seneng-seneng aja bisa piknik ke Te Anau. Udah naik bus seharian, dapet makan siang dan dapet refund buat bayar tilang sebesar 1,5 juta rupiah kepada Kepolisian Selandia Baru. Jadi kan nggak nyesek-nyesek amat haha.Saya salut dengan pelayanan yang diberikan oleh operator Go Orange ini dan saya juga nggak kapok kembali lagi ke Selandia Baru walau udah ditilang berkali-kali haha.

Go Orange
21 Town Centre, Te Anau, New Zealand
0800246672/+6432498585
Info@GoOrange.nz
Itu beneran karena si sopir pake ponsel waktu nyetir sampai dihampiri polisi ._. ketat juga ya di Selandia Baru mbak ._.
nggak tau juga sih, nebak2 aja 😅
wih new zealand, kapan ya bisa kesana 😦
kak BIjoo bawa daku kesana culik juga gak apa kak ;D
kamu berat 😂
aku diet deh kak