
“Permisi, bisakah anda bertukar tempat duduk dengan saya, karena saya yang seharusnya duduk di samping jendela.” Tanya saya.
Kemudian bapak itu bergeser ke kursi di lorong.
Sudah sekian lama saya menantikan untuk dapat duduk di kursi di samping jendela di pesawat Alaska Airlines, eh tau-tau malah ada yang nempatin kan saya kzl. Saya sudah memilih nomor kursi sejak membeli tiket pesawat melalui website Alaska Airlines 5 bulan sebelumnya. Saya memilih nomor kursi nomor 25 A, supaya bisa foto sayap pesawat dan pemandangan di atas. Sebelum memilih kursi saya mencari tahu terlebih dahulu posisi terbaik di pesawat pagi dari Seattle ke Anchorage karena saya ingin melihat pemandangan pegunungan salju dan tidak ingin terhalang oleh silaunya sinar matahari. Menurut salah satu website yang saya baca bahwa posisi terbaik di pesawat menuju Anchorage di pagi hari adalah di sisi kiri, dan saya tidak salah mengikuti sarannnya.

Sebelum masuk ke pesawat saya sempat tidur-tiduran berselimut pashmina di ruang tunggu Alaska Airlines selama 1 jam, sebelumnya saya tiduran sebelum security checkpoint di luar sana yang mulai menunjukan kesibukan di pagi buta, tidur di luar security checkpoint berisik banyak orang yang lewat soalnya. Waktu lagi tiduran di ruang tunggu di dalam saya dapet whatsapp dari Susi yang lagi di gate entah nomor berapa. Kemudian di situlah kami bertemu lagi setelah terakhir bertemu saat melakukan perjalanan bareng ke Selandia Baru. Gaya bener setiap ketemu pasti di luar negeri, dulu ketemu pas di Australia dan sekarang di Amerika hihi. Terus datang deh Susan sambil nenteng gelas setarbak, bilang hai sebentar kemudian saya lanjutin tidur lagi di bangku panjang zzz.
Kami terbang ke Anchorage dengan menggunakan pesawat Boeing 737-900 milik Alaska Airlines dengan nomor penerbangan 81. Perjalanan dari Seattle ke Anchorage memakan waktu 3,5 jam. Karena terdapat perbedaan waktu 1 jam antara Seattle dan Alaska maka saya berangkat pukul 6 pagi dan tiba pukul 8.37.
Sebelum pesawat take off saya sudah tertidur karena malam sebelumnya saya nggak bisa tidur di bandara SeaTac. Saya udah merasa sangat kelelahan setelah menempuh perjalan selama sehari semalam dari rumah ke kantor, ke warteg, ke kantor, kerja dulu kemudian ke bandara Soetta ke Taoyuan sampe ke Seattle. Seharusnya malamnya saya tidur nyenyak di hotel sambil menunggu penerbangan keesokan harinya, tapi apa daya, saya kan cuma remah rempeyek di biskuit kaleng kong guan yang nekat ke Alaska bawa duit sedikit, huahahahaha. Okeh, lanjuuuuuuuuut!
Saat take off saya sempat kebangun sebentar untuk melihat kilauan lampu temaram di Seattle. Waktu menunjukan pukul 6 pagi tapi matahari belum menampakan sinarnya. Kalo nggak melihat jam mungkin disangka masih malam kali. Perlahan tapi pasti saya mulai menutup mata dan terbawa ke alam mimpi di mana hanya terdapat saya dan pangeran impian, tapi kemudian semuanya terlihat buram dan hitam, yakk saya ternyata nggak mimpi sodara-sodara!
Di pesawat saya tidur kaya orang pingsan sampe nggak tau kalo ternyata dikasih minuman dan cemilan sama pramugari di pesawat. Abisan saya udah takut disuruh bayar kalo misalnya pas ditawarin makanan minuman saya ambil dan saya abisin, duh jalan-jalan ke Alaska tapi kok kere banget sih huahahaha. Yaudah saya nggak berharap dapet minuman makanya saya tidur, eh emang udah ngantuk banget sih. Saya nggak peduli sama makanan dan minuman, i just wanna sleep zzzzzzzzz.

Saat saya terbangun ternyata si om sudah berpindah ke kursi di belakang saya dan kembali duduk di pojok dekat jendela. Kursi di belakang saya 3 baris kosong mangkanya dia pindah. Jadi saya duduk sendiri menguasai 3 baris kursi di pesawat Alaska Airlines tapi saya nggak berani selonjoran. Saya kebangun karena perut saya lapar nggak karuan, udah 2 hari saya nggak makan layak dan di Alaska nanti saya cuma tinggal menunggu maag saya kambuh. Manalah nggak bawa obat maag lagi. Pokoknya sesampainya di Ted Steven Anchorage Airport saya cuma mau makan, titik!
Sesaat sebelum mendarat saya dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa indah. Pemandangan ini mirip seperti ketika saya naik pesawat Air New Zealand dari Christchurch ke Sydney beberapa tahun lalu, tapi di Alaska ini lebih puas, lebih banyak dan lebih jelas pemandangan pegunungan saljunya. Saya langsung mengenakan kacamata dan memandang hamparan pegunungan salju sambil mengagumi betapa indahnya tempat yang akan saya datangi. Saat itu saya cuma bisa ngebayangin betapa luasnya Alaska dan betapa terpencilnya pegunungan tersebut. Kalo saya terdampar di situ entah bagaimana saya bisa pulang kalo nggak dijemput pake pesawat kecil atau helikopter basarnas. Kalo terdampar di sana yang ada kena hipotermia kali. Amit-amit jangan sampe terdampar di situ sendirian hiiyy.





Saya langsung mengeluarkan ponsel saya dan mengabadikan pemandangan indah tersebut. Saya terlalu semangat saat di pesawat dan rasanya ingin cepat-cepat mendarat dan berpetualang! Pramugari mengumumkan tanda kenakan sabuk pengaman, tegakan sandaran kursi dan melipat meja, dan saya tetap asik memandang jendela. Pendaratan berjalan mulus dan penumpang pesawat keluar dengan tertib.
Setelah keluar dari pesawat saya langsung menunggu Susi dan Susan karena selama di pesawat kami duduk terpisah. Di bandara Anchorage kami bisa langsung nyelonong keluar dan tidak lagi melewati pemeriksaan keimigrasian. Saya sengaja merogoh kocek sebesar 25 dolar waktu check in di Seattle dan membeli bagasi untuk menyelamatkan dapur berjalan saya. Kami mencari tempat pengambilan bagasi dan saat itu tinggal bagasi kami ber-3 yang masih tersisa. Saya langsung lari ketika melihat seonggok koper hijau, kemudian disusul oleh koper hitam medium milik Susi muncul dan kami berdua sukses menyelamatkan bagasi kami. Kami melihat Susan kesulitan mengangkat kopernya yang berukuran paling besar. Bukannya membantu kami berdua malah tertawa, kemudian mbak-mbak petugas bandara bukannya juga membantu malah menyemangatinya dengan mengatakan “You can do it! You can do it!!” Hahah *jahat
Setelah sukses mengambil koper kami langsung cuss mencari kedai yang sudah buka di bandara. Perut lapar udah nggak tertahankan, sebentar lagi kayaknya saya pingsan dah. Tapi kalo saya pingsan nggak bakalan ada yang gotong saya, haha. Kami naik ke terminal keberangkatan di lantai atas dan mencari warung nasi uduk yang buka, tapi sayang kami nggak nemu, malah nemu warung pizza yang sudah buka. Saya kebagian tugas memesan pizza karena kalo mereka yang pesan takutnya pesan yang ada babinya hiiiiy.

Kelar makan kami langsung keluar dan mencari bus ke Anchorage Downtown. Pas baru keluar terminal kedatangan saya langsung ngerasa kedinginan dan langsung mengeluarkan jaket tebal, sementara orang-orang di luar sana pada pake baju biasa aja, saya doang yang lebay. Keluar bandara disambut dingin ini persis kayak dulu waktu baru sampe di Christchurch, sama dinginnya. Kami setia menunggu bus di luar selama hampir satu jam, untungnya cuaca di Alaska saat itu masih hangat (sekitar 1-2 digit) jadi masih sangguplah kami walaupun nunggu bus di luar. Saat ini cuaca di Alaska, eh Fairbanks tepatnya, sempat mencapai -20 derajat celcius, langsung ngedrop dibawah 0, sementara di banff masih 2 atau -2 derajat celcius. Untung saya udah pulang dari Alaska.Tapi saya penasaran juga pengen ngerasain traveling pas winter saat suhu mencapai -20 atau -40, sok banget kayak saya sanggup aja haha.
Kemudian datanglah bus yang kami tunggu. Saat naik ke bus saya menanyakan kepada sopir apakah bus ini sampai ke downtown Anchorage. Karena bus sebelumnya yang akan kami tumpangi jurusannya beda, jadi kami harus memastikan terlebih dahulu supaya nggak nyasar. Kami bertiga geret koper ke bus dan keliatan banget turisnya haha. Anchorage, kami datang!!
Terus sesampainya di rumah, eh di Indonesia saya masih penasaran gunung apakah gerangan yang saya lihat waktu di pesawat. Kalo McKinley rasanya nggak mungkin karena Denali National Park lokasinya masih di atas Anchorage. Terus saya nanya teman saya yang orang Alaska katanya sih itu pegunungan di Chugach State Park, katanya.
Keren..alaska terus y mbk
iya mumpung masih inget
Asik bnr
seru hehe
Dapur berjalan maksudnya bawa kompor atau gimana mbak? 😂
maksudnya koper berisi kompor, kulkas, panci 😂
gak deng, cuma makanan doang hehe
Oh kirain 😂😁
Mungkin orang Alaska mikir: “nih Bijo si cewek tropis ngapain sih pengen ke Alaska pas musim dingin pula..? Lha wong kami aja pengen ke Bali.., atau minimal Hawaii deh..”😝
aku pengen ke arctic circle belom kesampean, lebih mantep pas winter tuh. kayak aku kuat aja haha
kereenn …… jadi tambah pengin kesana ….
jangan ke sana, nanti nggak mau pulang 😂
paling demen pesawat yang bisa ngecharge HP #pentingbanget hahaha
Bis jarak jauh juga, kalo ada colokan usb plus wi-fi pasti aku betah di bis, kaya di Mannabus NZ, Megabus Eropa.
samaaaaa.. fakir wifi juga yang sini.. hahaha
weww.. beruntung banget bisa liat gunung es dari jendela pesawat.. hehe
apa daya aku yang cuma bisa lihat gunung merapi..