
Ohh no, cerita Iran lagi!! Semoga kalian nggak bosan membaca cerita saya ya. Postingan ini lanjutan dari postingan sebelumnya ketika dicolek orang asing di terminal bus di Tehran. Pagi itu sekitar jam 7, setelah berpisah dengan 4 orang mbak-mbak Iran di Terminal Soffeh, saya melanjutkan perjalanan bersama dengan Sarah. Kami berjalan keluar terminal menuju jalan besar untuk menunggu jemputan.
Tiba-tiba datanglah sebuah mobil sedan yang dikendarai seorang bapak-bapak yang diketahui merupakan ayahnya Sarah. Sarah menyuruh saya masuk ke dalam mobil kemudian mengenalkan saya dengan ayahnya, “Salaam”.
“Salaam” Sapa ayahnya Sarah.
“Bijo, bokap gue namanya juga Ali, sama kayak nama teman lo” Kata Sarah
“Hai Pak Ali! Saya Bijo, dari Indonesia. Salam kenal” Saya mulai memperkenalkan diri di dalam mobil.
Saat itu saya kepikiran untuk meminjam hpnya Sarah untuk sharing internet. Tapi tapi tapi hpnya Sarah disetting dalam bahasa farsi. Dalam perjalanan yang singkat itu saya coba mencari menu setting, tethering portable hotspot dan ketemu!! Tanpa menyia-nyiakan waktu saya langsung kirim pesan singkat ke Ali dan Edo (sebut saja namanya Edodoe). “Ali, kita ketemu di Imam Square jam 9 aja ya!” kemudian saya juga mengirimkan pesan ke cowok lain untuk menanyakan apakah jadwalnya hari itu free atau tidak, “Edo, lo sibuk gak hari ini?”
“Gue kosongin waktu gue khusus buat lo” Balas Edo
“Yawdah ketemuan yuk di Imam Square sekarang!” Ini kok nadanya nyuruh haha. Nyari alesan buat kabur dari rumahnya Sarah.
“Yah ini masih terlalu pagi, tempat wisata dan warung juga belom pada buka. Gue baru bangun tidur. Lo ada di mana?”
“Yawdah kita ketemu di Imam Square jam 9 ya! Gue bakal lost wi-fi lagi sekarang. Bhayy!”
Yaa itulah pesan terakhir saya kepada 2 orang cowok Iran dalam waktu bersamaan sebelum kehilangan koneksi internet. Nggak lama kemudian kami sampai di sebuah kompleks apartemen di daerah Soffeh. Kami keluar dari mobil kemudian Sarah langsung pamitan kepada saya untuk segera mengantarkan anaknya ke sekolah. Saya nggak tau kalo dia sudah menikah dan punya anak,
“Sorry ya, lo gue tinggal sama bokap gue ya. Gue kudu nganterin anak gue ke sekolah”
“Ohh iya gpp”
Lahh saya nggak tau kalo bakalan dititipin sama orang tuanya Sarah di rumah orang tuanya. Pagi itu tinggallah saya dan Pak Ali berdua di depan rumahnya (apartemen). Sungguh suasana yang tidak biasa hihi. Saya dipersilakan masuk ke dalam apartemennya Pak Ali yang terletak di lantai 2 atau 3 atau 4 (ah saya lupa). Di dalam rumah sudah menunggu istrinya Pak Ali atau Ibunya Sarah yang sedang menyiapkan sarapan.
Aduhhh jadi enak nihh, diajak main ke rumah orang nggak kenal, dikasih sarapan pulak hihi. Untuk saat itu saya merasakan sarapan di rumah orang Iran untuk kedua kalinya. Tapi yang kedua kali ini beda, saya sarapannya sama keluarga Iran, berasa dipungut jadi anaknya orang Iran.
Sementara Bu Ali menyiapkan sarapan, saya diajak ngobrol sama Pak Ali mengenai banyak hal. Bu Ali tidak bisa bahasa inggris, jadi dia bicara dalam bahasa Persia, kemudian diterjemahkan oleh Pak Ali. Sarapan pagi itu adalah roti khas Iran dengan pilihan topping kurma, keju, madu, mentega yang bisa dipilih sesuai selera. Minumannya teh dan susu putih. Saya ngebayangin dikasih sarapan nasi uduk pake jengkol, tapi ternyata bukan. Saya kan bingung gimana cara makan rotinya Iran, jadi saya ngikutin Pak Ali dan Bu Ali gimana mereka makan. Saya kira saya kudu ngabisin kurmanya, ternyata enggak deng. Padahal aslinya kalo di rumah saya nggak doyan minum susu, tapi untuk menghargai tuan rumah saya menenggak habis susunya hehe.

“Jadi Bijo, jadwalmu hari ini mau ke mana dan ketemu sama siapa?” Tanya Pak Ali
“Saya ada janji jam 9 ketemu sama Edo di Imam Square” Jawab saya.
Saya lupa kalo saya sebenarnya udah bikin janji ketemuan sama Ali jauh-jauh hari sebelum tiba di Iran, eh yang kesebut malah Edo yang baru janjian beberapa menit sebelumnya hehe. Setelah makan, Bu Ali pamit kepada saya untuk pergi bekerja. Saya bingung dong, lhaa kok pada pergi semua, terus saya sama siapa??
Saya diperkenalkan kepada adek dan iparnya Bu Ali yang telah menunggu di luar apartemennya. Pak Ali nyuruh saya ngelongok ke jendela dan melihat ke bawah. Mereka bilang, “Salaam”, saya pun ikutan say hi alias “Salaam” sambil dadah-dadah padahal nggak kenal haha.
Setelah mereka pergi suasana mendadak sunyi, senyap, hanya terdengar suara jangkrik di luar rumah, boong deng. Jadilah saya berdua dengan Pak Ali di dalam rumah. Saya mondar-mandir melihat interior rumah orang local dan mengagumi karpetnya yang tertata rapi di seluruh penjuru ruangan sambil mikirin ini dibersihinnya gimana, berapa kali sebulan, belinya di mana dan berapa harganya. Kepooo!
Yawdah, mumpung di rumah orang saya minta ijin dan numpang mandi. Saya nggak tau kan kapan lagi bakalan ketemu air lagi, karena rencananya saya bakalan ada di jalan dan nggak bermalam di hostel sampe saya pulang nanti ke Indonesia lagi. Yakk saat itu saya berada dalam ketidakjelasan rencana perjalanan, what will be will be. Pengembara ceritanya haha.
Bingung kan ya mau ngapain di rumah orang. Pak Alinya sih tipe orang yang rame ngajak ngobrol terus jadi nggak kehabisan bahan obrolan. Yang paling saya ingat adalah ketika dia bertanya, “Kamu Islam kan? Islam apa Bijo?”
Saya nggak tau harus jawab apa karena saya nggak tau ada berapa jenis islam di dunia ini. “Ummm, iya islam.. islam apa yahh, hehe”
“Kalo di Iran islamnya islam Syiah. Sholatnya kayak begini” Kemudian pak Ali mempraktekan sholat, setelah takbiratul ihram tangannya tidak diletakan di dada, melainkan biasa aja langsung jatuh. Hmm gimana ya menggambarkannya. Kemudian dia bertanya lagi. “Kamu bisa baca Al-Qur’an?”
“Bisa” Jawab saya.
Kemudian Pak Ali beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke dalam kamar untuk mengambil Al-Qur’an yang berukuran besar. Beliau menyuruh saya membaca Al-Qur’an. Kemudian jadilah kami ngaji bareng sebentar haha. Kami ngobrol banyak mengenai negaranya, agamanya, keluarganya sampai waktu menunjukan pukul 9 pagi. Haaa, saya telat! Sebenernya saya masih betah ngobrol sama beliau tapi saya nggak enak udah bikin janji sama 2 orang di luar sana. Saya minta ijin untuk segera pamit kepada Pak Ali.
Pak Ali bertanya kepada saya apakah saya mau makan siang di rumahnya atau bermalam dengan keluarganya di sana. Tapi saya menolaknya dengan halus karena saya harus segera ketemu dengan Ali yang lain dan malamnya harus kembali ke Tehran dengan bus malam. Seandainya saya punya banyak waktu di sana mungkin saya akan menerima tawarannya.
Kirain saya bakalan dipanggilin taksi, ehh ternyata saya dianterin ke Imam Square dengan mobilnya Pak Ali yang sedang diparkir di garasi di lantai bawah apartemennya. Ahzek dapet tumpangan hratis! Di mobil kami ngobrol lagi panjang lebar mengenai politik Iran. Kali ini berat topiknya.
Sepanjang jalan saya mengamati lingkungan sekitar. Saya nggak ada bayangan sebelumnya seperti apa kehidupan di Iran. Jarangnya informasi mengenai negara ini membuat saya penasaran dan berkenalan dengan orang lokal adalah cara terbaik untuk mengenal kebudayaannya. Sambil mendengarkan musik Iran saya sesekali merekam aktifitas di sepanjang jalan.
“Mbak Bijo, coba dong, saya mau dengerin lagu Indonesia kayak apa.”
Heee, saya nggak punya lagu Indonesia, Pak! Dalam hati saya langsung berteriak. Saya mencoba mengingat-ingat punya lagu apa aja di hengpon. Lagu-lagu di hengpon saya kebanyakan lagu barat dan Korea, biasa saya perdengarkan saat road trip di luar negeri, tapi di Iran kan nggak kepikiran bakalan road trip jadi nggak bawa USB flashdisk. Aduhh lagu apa yaaa, masak lagu Judika dia yang tersakiti. Aha!!!
“Ada Pak, ada! Saya punya 1 lagu Indonesia, bagus banget nih!!” Langsung sambungin hp ke radio di mobilnya Pak Ali melalui kabel apaan gak tau.
Digeboy geboy mujair
Nang ning nong nang ning nong
Patgulipat bangdungdingser
Mustofa jadi nggak kuat
Mustofa tergila-gila
Mustofa jatuh cinta sama seorang traveler!!…
Kemudian Pak Ali bengong huahahahaha! Saya nahan ketawa pas liat ekspresinya Pak Ali di mobil. Geblek banget ngasih lagu beginian ke orang tua. Saya iseng-iseng download lagu Ayu Ting Ting ini buat road trip ke Alaska lalu buat lucu-lucuan. Mana tau kalo bakalan disetel pas ke Iran.
Setelah menyimak lagu, kami lanjut ngobrol lagi. Saya ditanya-tanya kenal sama Edo di mana, kerjaannya apa, umurnya berapa, orang mana. Trus saya juga ditanya udah punya pacar apa belom, kerjanya apa, rumahnya di mana. Saya berasa kayak lagi diinterogasi sama bapak saya gitu haha.
Setelah sampai di sekitaran Imam Square, Pak Ali menepikan mobilnya di parkiran di pinggir jalan, antri parkiran. Waktu lagi nungguin antrian parkir saya liat ada 2 orang cowok Iran bertengkar gara-gara mobil mereka di depan kami, tapi berhasil dipisahkan sama ceweknya sih.
Waktu udah dapet parkiran saya ditanya lagi, “Kamu yakin nggak mau makan siang sama saya dan Ibu di rumah? Nggak nginep di rumah?”
“Hmm makasih pak, lain kali ya kalo saya ke Iran lagi saya mampir.” Saya jadi nggak enak gitu menolak tawaran beliau.
Kemudian Pak Ali minta nomor hengpon orang yang mau saya temui. Saya memberikan nomor hp Edo kepada Pak Ali. “ini Pak nomornya”
Pak Ali bengong, “Kok kode negaranya bukan Iran?”
“Haaa!? Eh iya deng, saya lupa ini nomor Malaysia hehe” Saya langsung ngambil hp saya mencoba kirim sms ke Edo, tapi eh tapi nggak bisa karena pulsa simpati saya 0 rupiah. Terus saya bengong di mobil, gimana caranya janjian sama 2 orang di tempat segede lapangan bola dengan banyak orang di dalamnya. Saya keburu lost wi-fi sebelum menerima pesan balasan terakhir dari mereka jam 7 pagi. Terus gimana?
“Pak, tethering internet dong, Pak!” Tamunya lama-lama ngelunjak ini haha.
“Tapi hp saya nggak ada internet” Memperlihatkan hpnya yang cuma bisa teleponan dan smsan doang.
Lhaaaa, piye iki! Tanpa hilang ide akhirnya saya memberikan nomor hp Ali muda yang sempat saya lupakan sebelumnya. Maaf ya Ali. “Kalo ini pak, bisa ditelepon nggak nomornya?”
Kemudian Pak Ali mencoba menghubunginya dan tersambung! Pak Ali langsung berbicara dalam bahasa Persia sementara saya nebak-nebak artinya yang kurang lebih begini.
“Halo, saya lagi sama Mbak Bijo nih di parkiran. Lokasinya di sebelah pengkolan ojek, di ujung warung rokok, yang di depannya ada museum. Kamu bisa ke sini nggak?”
Kemudian Pak Ali menerima telepon dan langsung keluar dari mobil. Saya mau ikutan keluar nggak dibolehin. “Kamu tunggu di sini!”

Pak Ali langsung menghampiri Ali muda di depan mobil. Mereka tampak berbicara serius dan lamaaaaa sekali seperti 2 orang yang sedang berdebat. Saya mengamati mereka dari dalam mobil sambil harap-harap cemas. Kira-kira apa ya yang mereka bicarakan, hmmm saya jadi penasaran. Apakah mereka membicarakan saya? Ataukah Pak Ali berusaha menyelidiki Ali muda terlebih dahulu sebelum menyerahkan saya kepadanya. Lalu bagaimana dengan Edo yang sedang menunggu di Imam Square sana. Apakah saya bisa melarikan diri bersama Ali muda? Apakah Edo masih setia menunggu saya? Kira-kira bagaimana kelanjutannya? Saksikan dalam episode mendatang.. *singnetrong kali
(bersambung)
Cerita lain tentang Iran sesuai urutan kejadiannya
Pengalaman Mengurus Visa di Kedutaan Iran di Jakarta
Panduan Mencari Penginapan di Luar Negeri Ira
Dicolek Orang Asing di Terminal Bus Tehran
Cerita dari Isfahan (postingan ini)
(Belum bikin postingan lanjutan, ceritanya bersambung)
wahhh ini toh si Abang Iran…pantesan Bijo baper 😀
Semuanya bikin baper 😂
aku juga baper kak
balik lagi!
gk ah ntar makin baper
gpp lagi 😀
Sebel ih, bersambung lg. Jgn lama2 ya sambungannya.
Hore ada yang penasaran 💃😄
sengaja banget ya kak biar kita penasaran 😀
Bukan, karena laptopnya lowbat kemaren haha
Cerita Irannya banyak jadi bingung urutannya. Ini prequel atau sequel yg kemarin? Kalau pak Ali keliatan orang terpelajar ya. *sok sok face reading hahaha* nunggu kelanjutan ah
Ahaha, jadi semua cerita urut kecuali 2 postingan pertama trip baper 1 dan 2 yang kejadiannya di hari terakhir di iran. Pak Ali pensiunan pilot Iran, aku lupa, angkatan udara atau pilot apa gitu
Cocok nih dijadiin drama hahaha, tapi kok ya orang iran yang ditemui baik-baik banget sih? hmmm
Nanti ngalahin drama korea dong 😂
Alhamdulillah dari pertama dateng sampe pulang ketemunya orang baik, sayangnya gak ada yang bisa dibungkus dibawa pulang 😅
belum waktunya, mungkin hahaha
Hahaha😝 Bijo, kamu berpindah-pindah dari satu lelaki ke lelaki lainnya😝
Tapi gak ada yang bisa dibawa pulang satu pun 😔
Aiiih aku penasaran kelanjutannya. Orang iran beneran baik ya, jadi merasa aman gitu, gak takuy kena rampok atau di apa-apain gitu ya. Pak Ali baik banget ya
Alhamdulillah aku ketemunya orang baik mulu di sana. Abang rampok hatiku dong 😍😂
Iran ternyata aman ya, jadi baper ke Iran juga. Apalagi setelah liat Babang Iran nya.#hahaha..
Lanjut ceritanya bijo, ditunggu..
amaan. lanjutannya udah ada ni https://bawangijo.com/2016/12/26/another-baper-story-in-isfahan/#more-8550
Sip, menuju tkp
Gleeeekkk aku dari kemarin mupeng dan mimpi-mimpi ke Iran 😀
Ke iran gih, gak bakalan nyesel ke sana. Nanti pulang-pulang pasti baper dan susah move on 😄
ow ow akhirnya si Ali nampak juga ya, aku mau aku mau cowoknya, bungkus. Eh udah telat ding
bungkus sendiri haha