
“Just landed in Alaska!”
Whoooa kereen! Dream do come true! Akhirnya trip yang nggak direncanakan saat bikin resolusi traveling 2016 tiba juga! Yeay, sampe juga di Alaska!! Ini tanda serunya banyak banget yak haha.
Beginilah kalo lagi sakau kepengen jalan-jalan, saya mencoba untuk mengingat kembali memori perjalanan yang telah lewat. Perjalanan ke Alaska udah lewat 5 bulan, baru sekarang kepikiran postingnya. Abisnya ketimpah sama trip baper Iran kemaren. Baiklah, ngapain aja waktu ke Alaska kemaren? Cerita hari pertama dulu yaa. Here we go!
Pagi itu pesawat yang saya tumpangi bersama dengan 2 teman jalan (sebut saja Cisan dan Cijan) tiba di Ted Steven Anchorage Airport, Anchorage. Saya beli tiket pesawat Alaska Airlines dari bulan April 2016 untuk keberangkatan tanggal 10 September 2016. Ternyata ada jeda waktu 5 bulan dari pembelian sampe berangkat. Jauh bener. Saya beli tiket duluan, sendirian, dengan atau tanpa teman jalan. Nekat ceritanya.
Sesampainya di bandara kami sibuk nyari koneksi wi-fi gratisan dan mulai asik dengan hp masing-masing. Kami nggak perlu melewati pemeriksaan imigrasi lagi karena ini adalah penerbangan domestik.Setelah mengambil bagasi kami masing-masing kami mulai diskusi. Mau ngapain, mau makan apa, di mana, sama siapa?
Setelah mencari sarapan di bandara kami langsung bergegas keluar bandara dan menunggu bus umum dengan tujuan kota Anchorage. Kami menunggu selama kurang lebih 1 jam di halte di luar bandara dengan cuaca yang lumayan dingin (buat ukuran saya). Saat bus yang kami tunggu datang, kami langsung naik dan memilih kursi masing-masing. Ongkos bus dari bandara ke kota cukup murah, cuma 2 dolar saja. Kalo buat orang sana sih 2 dolar itu receh, kalo buat saya bisa buat makan 1 porsi ayam penyet plus es teh tawar di Jakarta.
Walaupun badan terasa sangat lelah, saya tidak berhenti tersenyum sambil memandang pemandangan di luar jendela bus. Saya memegang erat koper saya supaya nggak jatuh saat bus yang kami tumpangi melewati tikungan tajam. Dalam hati saya berbicara, “Oh jadi seperti ini to Alaska”
Setelah melewati 23 halte dari titik keberangkatan kami dari halte di Ted Stevens Anchorage International Airport, akhirnya kami turun dari bus di Downtown Transit Center dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju kantor penyewaan mobil yang terletak 10 menit dari halte. Kami bertiga balapan geret koper sampe ke pengkolan ojek sewaan mobil.
Sesampainya di kantor penyewaan mobil, saya langsung masuk ke dalam dan mengurus administrasi pengambilan mobil. Pengalaman menyewa mobil di Alaska ini justru lebih mudah daripada waktu di Selandia Baru. Saya cuma harus datang sambil kasih tau kode booking, kasih kartu kredit, ambil kunci, dan ambil mobil, beres. Karena saya udah booking jauh-jauh hari maka saya gak perlu kuatir keabisan mobil. Setelah urusan administrasi mobil selesai, kami langsung masukin koper ke mobil kemudian meninggalkan mobil beserta koper di parkiran sewaan mobil, karena kami pengen liat-liat mall di Anchorage terlebih dahulu.
“Ehh kita mau beli kosmetik dulu ke mall!”
“Oke, boleh ke mall tapi abis ini kita ke Rei yah!”
Kedua teman jalan sudah gak sabar kepengen belanja kosmetik di mall Anchorage, saya yang belum punya tujuan cuma bisa ngekor ngikutin mereka ke mana pun mereka pergi. Saat sampai di toko kosmetik mereka berdua langsung berpencar dan sibuk belanja-belanji, sedangkan saya mati gaya sendirian bolak-balik keluar masuk toko kosmetik. Mau memisahkan diri ke sudut lain di mall sayanya takut ilang, kan nggak ada wi-fi.
Saya melipir ke department store di luar toko kosmetik dan menemukan baju-baju buatan Indonesia. Jauh-jauh ke Alaska nemunya baju bikinan Indonesia, jauh banget. Kemudian saya kembali lagi ke toko kosmetik. Yawla, apa istimewanya sih toko kosmetik ini, ini kan cuma kosmetik biasa produksi Amerika. Ngapain belanja banyak-banyak beli lipensetip, eyeshadow dan printilan lain. Balikin lip balm Sephora ke raknya.
Bijo : “Ayoooook!”
Cisan : “Tunggu yah!”
Cijan : “Sebentar lagi”
2 jam kemudian
Setelah lama menunggu akhirnya saya tarik mereka keluar toko dan ngajak makan siang. Saya udah 2 hari nggak makan layak, perut saya udah nyeri nggak karuan karena maag kambuh dan kembung. Foodcourt berada di lantai atas Anchorage 5th Avenue Mall. Setelah sibuk memilah-memilih mau makan apa, akhirnya pilihan jatuh ke restorang Thailand dengan harapan kami akan menemukan cita rasa Asia di Amerika. Tapi sayang makanannya nggak kaya rasa masakan Thailand beneran.
Kelar makan siang kami langsung jalan kaki beberapa blok ke tempat penyewaan mobil dan langsung cuss ke Rei. Sebelum berangkat saya udah ngincer sepatu hiking idaman di Rei Anchorage. Tapi sesampainya di Rei saya malah mikir sejuta kali dan nggak jadi beli dengan alasan, sayang suitnya. Eh nggak punya duit deng haha. Rei Anchorage ini kayak surga, outletnya besar dan luas. Perlengkapan outdoornya buanyak dan super lengkap, tapi sayang harganya mahal-mahal. Padahal dulu saya pengen banget beli ultralight tent, hiking boot waterproof, celana panjang waterproof, ransel, tapi apa daya saya cuma bisa ngayal doang huhuhu, nasib. Saya keluar dari toko tanpa membeli apapun. Saya cuma membawa mimpi doang suatu saat saya pengen kembali lagi ke toko ini, kalo udah mapan haha.
Kelar dari toko outdoor kami langsung lanjut ke supermarket untuk membeli perbekalan selama 1 minggu ke depan. Kami belanja buah, sayuran, dan air mineral dengan harapan bisa menemukan kompor dan makan lahap di penginapan nanti. Selesai belanja saya udah kecapekan tapi perjalanan masih panjang. Tujuan kami di hari pertama di Alaska adalah ke Glenn Highway, lokasi di mana penginapan kami berada. Jarak dari Anchorage ke sana adalah 107 miles, nggak tau kalo dikilometerin jadi berapa. Ukuran jarak di Amerika menggunakan satuan miles, sedangkan berat pake ukuran gallon. Makanya saya bingung kalo beli bensin berapa gallon. Karena saya cuma tau air mineral gallon yang beratnya 19 liter, harganya 17 rebuan, kalo galonnya dianterin sama abang pemilik warung ke rumah kudu nambah sedikit lagi tapi masih kembalian kalo ngasih 20 rebu.. Ternyata gallon yang beneran beratnya nggak sampe 19 liter. Jadi tau kan.

Enaknya nih waktu ke Alaska saya nggak perlu nyetir. Saya sadar diri dengan kemampuan nyetir saya yang payah, maka saya memutuskan untuk menjadi penumpang selama roadtrip di Alaska. Mereka berdua bakalan ganti-gantian nyetir di depan sambil ngobrol, sementara saya di kursi penumpang sibuk ngemilin chiki sambil liatin pemandangan. Kalo udah enek sama chiki saya ngemilin blueberry yang belum dicuci sambil dielapin pake tisu, kemudian cemilin stroberi, jeruk sampai akhirnya tertidur lelap zzzz.
Nggak ada yang menarik dalam perjalanan dari Anchorage ke Palmer ke Glenn Highway sore hari itu. Di beberapa titik mobil kami sempat berhenti karena sedang ada perbaikan jalan. Saat mobil bergerak pelan, saya mengarahkan kamera ke arah jendela mobil. Tiba-tiba muncullah sesosok cewek cantik memakai seragam sedang tersenyum dan melambaikan tangan ke kamera. Wahh si mbak, sadar kamera nih. Petugas perbaikan jalannya cantik! Selebihnya, saat mobil kembali bergerak dengan kecepatan tinggi di kanan-kiri jalan cuma terlihat pepohonan yang daunnya mulai menguning menjelang musim gugur.
2 orang mbak-mbak di depan saya sibuk belajar mengendalikan mobil dengan posisi kemudi di kiri dan mengamati jalan. Sesekali mereka ribut untuk saling mengingatkan agar mengurangi kecepatan berkendara. Saya yang di belakang nggak begitu mempedulikan mereka. Saya sibuk sendiri ngerekam dan foto-foto hehe. Saat melihat hamparan glacier putih di kejauhan kami mulai rame lagi, heboh sendiri liatin pemandangan yang mulai berubah. Dari yang awalnya membosankan berubah menjadi cantik. Di sisi kanan jalan terlihat pegunungan, sungai dan glacier. Kami cuma bisa bilang, “Wahhhhh!”
Saya kembali semangat menantikan rencana perjalanan keesokan hari. Keesokan harinya kami akan trekking di glacier yang terletak nggak jauh dari penginapan kami. Tambah semangat dong walaupun lagi kecapekan. Setelah berkendara selama 2 jam lebih dari Anchorage akhirnya kami tiba di Sheep Mountain Lodge. Setelah mobil diparkir saya langsung lari ke lobby untuk mengambil kunci kamar. Saya lupa, kalo nggak salah kami sampai di penginapan sekitar jam 7 malam deh. Begitu keluar dari mobil angin dingin langsung mengejar saya. Busettt dingin banget! Ya iyalah, ini pan di Alaska, deket lingkar kutub utara!

Sheep Mountain Lodge ini adalah penginapan yang paling bagus yang saya inapi di Alaska. Yang bagus di sini maksudnya pemandangan di depan, di belakang, kanan dan kirinya. Bagus beneran ya, bukan ganteng. Katanya kalo siang kita bisa banget hiking di sekitaran sini, dan bisa nemuin binatang juga. Tenang, bukan beruang kok. Pokoknya manjain mata banget deh.
Saya langsung mandi ke kamar mandi yang letaknya di luar kamar. Karena kamar yang saya pilih kamar ekonomis maka tidak ada fasilitas kamar mandi dalam. Setelah selesai mandi dan mau balik ke kamar saya langsung kaget liat suasana yang mencekam di luar sana. Gelap gulita, gak ada cahaya dan dingin menggigit, brrrr. Tadi terang, sekarang gelap Saya langsung lari ke kamar kayak orang dikejar setan.Ya iyalah gelap, lha di kebon. Walaupun di depan jalan raya tetap aja gelap karena nggak ada lampu jalan. Sayang kuota penyimpanan foto saya di wordpress abis, padahal mau upload foto yang banyak.
Pas masup kamar, kamar yang tadinya bersih dan teratur mendadak jadi kayak kapal pecah. Saya juga ikut menyumbang kekacauan di kamar karena sebelum mandi saya udah ngebongkar isi koper. Ya ampun kayak gini ya kalo 3 cewek, kelayapan ke luar negeri. Isi kopernya kaya isi lemari rumah, kecuali koper saya 😛 . Yang paling heboh itu si Cisan yang bawa koper paling guedhe dan bawa dapur berjalan. Mau tau apa isinya? Ada rice cooker, indomie, bon cabe, abon, saos, kecap, kembang tahu, cabe setan, apa lagi yahh, banyak dah haha.
Sementara di dalam kamar terjadi kekacauan seperti layaknya abis perang dunia ke setengah, di luar pintu kamar ada sesosok cewek mungil yang sibuk meneropong langit-langit melalui kameranya yang canggih. Usut punya usut ternyata dia lagi nungguin lady Aurora. Padahal di luar dinginnya amit-amit. Saya cuma punya 1 permintaan doang ke dia, “Coba tolong ditutup pintunya rapat-rapat, dingin!”
Di dalam kamar saya dan Cisan stress nungguin 2 mini rice cooker yang kerjanya lama. Satu-satunya keinginan kami saat itu cuma 1, makan pake nasi, udah itu doang. Karena nggak ada fasilitas dapur di lodge maka kami memanfaatkan fasilitas yang kami bawa, yaitu 2 buah travel rice cooker milik kami masing-masing dan sayur mayur. 1 rice cooker dipake buat masak nasi setahun lamanya, 1 rice cooker lagi dipake buat ngerebus sayuran setahun lamanya. Tadinya kami pengen makan indonesian traditional salad alias pecel sayur (gado-gado gak ada yang jual), tapi udah emosi duluan nungguin sayuran yang nggak mateng-mateng. Waktu menunjukan pukul 11 malam waktu Glenn Hwy, saya dan teman jalan akhirnya memutuskan untuk makan popmie pake nasi aja. Lapaaaaaar!!
Badan saya udah kecapekan, 3 hari di jalan (1 malam tidur di pesawat, 1 malam tidur di bandara) bikin energi terkikis. Setelah makan, satu-satunya yang pengen saya lakukan cuma bersembunyi dibalik selimut tetangga. Heater dipasang sampe full buat ngangetin badan dan jemur cucian kancut haha. Enaknya nginep di kamar private itu bebas, bebas ngejemur dan ngejembrengin macem-macem. Petualangan kami yang sebenarnya baru akan dimulai keesokan harinya. Yang kami butuhkan saat itu adalah perut kenyang, selimut pelukan hangat, istirahat yang cukup dan berkualitas.
Keesokan harinya kami bangun dengan segar dan semangat, walaupun cuaca di luar gerimis. Saat siap-siap check out kami papasan dengan tetangga sebelah kami, 3 (atau 2?) cowok India yang ternyata hiking bareng kami.
Cerita berikutnya ada di sini Trekking di Glacier

jadi pengen main saljuu gegara kak Bijo
Bulan depan juga kan kamu maen salju hehe
Bijoooo… kamu memang awesome..! Teladan banget nih bagi solo traveler cewek 🙂
Makasih hehe. Ini ceritanya trio traveler cewek 🙂
Khusus yg edisi ini kan Bijo… tapi kamu udah ngajarin keberanian gitu loo buat para traveler.. Itu yg outstanding banget
Sekarang banyak cewek-cewek yang kelayapan sendirian, salah 10nya mereka ini hehe
https://www.pergidulu.com/solo-female-traveling-apa-kelebihan-kekurangannya/
Menderaskan doa-doa biar gue bisa ke sini jugaaa 😀
Amin. Dari New York kan deket, sama-sama Amerika
Seruuu! Mupeng banget bacanya. Belum pernah megang salju seumur-umur. Kecuali salju di freezer itu loh.
Kakak Bijo, kalau kuota foto di WP abis, mungkin bisa upload di situs lain dan tinggal kasih link foto yang otomatis tampil di postingan. Bisa ga sih kaya gitu?
Salju apa biang es? Salju mah jangan dipegang, dimakan pake sirop biar seger hehe.
Gak tau, kayanya gak bakalan muncul deh fotonya
Masa sih? Cobain dulu deh. Soalnya kalau mau tambah foto di post, ada 2 pilihan: add new dan add URL. Pilihan add URL ini kayanya langsung insert foto yang udah diupload di situs lain. Hehe.. Kayaknya ya..
busettt… kereennn… pengeennn… 😳
Akhirnya ceritanya nongol juga.. 🙂
Aduhhhh aku bisa bayangin wajahmu pas nunggu 2 jam selama nungguin mereka beli kosmetik. 😂😂
oke…chiki ternyata masuk juga di cerita perjalanan di Alaska ini hehehe, saat bingung mau bikin pecel, mungkin daripada laper sayurannya dibikin lalapan aja
Perjuangan mencapai Alaska memang nggak mudah ya Mbak, tapi baca ini berasa seru banget dan meski banyak drama ya santai aja gitu dijalaninnya. Saya kok malah ngebayangin gimana pecahnya kamar kalian dengan semua perlengkapan masak, pakaian, sampai printilan bertebaran di mana-mana dan dijemurin di atas heater #eh. Setujulah, ini bikin mupeng, secara salju itu belum pernah turun di tempat saya tinggal jadi belum paham rasanya bagaimana. Apa perlu ke Alaska dulu kali ya?
alaskaaa……. kece abiss klo udah kesana. saluuut (y)
makasih hehe
budget brpa ksana
lumayan hehe
wah lumayannya brpaa heheee
lumayan banyak hihi *sesek napas
hahaa klo udah sesek napes aku pas deh.
kalau sy dari Virginia rumah kakak bgmn cara booking pesawat nya krn kakak sy cewe sibuk kerja siang/law firm dan malam/hotel krn th 2014 sy batal krn mau naik cruis hrs mampir Canada sedang sy tidak ada visa Canada. mohon bantuan ut cek2 web nya mbak. terima kasih.
yang mau berangkat siapa?
Di film Into The Wild, Alex Supertamp yang merupakan pemeran utama, harus menunggu hingga sarjana untuk bisa ke Alaska. Tujuannya ke Alaska: mencari kebahagiaan. Setahun di hutan, akhirnya dia mati di Alaska. Dia telah bahagia.
Wah, keren bisa ke sana, Mbak. Salah satu tempat impian saya adalah Alaska.