Traveling

Piknik ke Mount Edith Cavell

 

DSCF5083
Mount Edith Cavell

Gak ada angin, gak ada hujan, tiba-tiba saya kepengen ke Amerika lagi. Aaaak saya pengen ke Amerika lagi!! Saya pengen ke Kanada lagi!! Tapi tapi tapi tapi… Tapi apa daya, harga tiketnya selangit membuat saya cuma bisa ngayal. Terus saya inget dong, kan dulu saya pernah ke Amerika. Daripada ngayal pengen ke sana mendingan coba inget-inget perjalanan ke Amerika Utara setengah tahun yang lalu. Terus ada yang nanya dong, dulu ke Amerika ame siape neng?  Sendiri bang, tapi di sananya rame-rame (berdua, bertiga, berempat).

Waktu itu kan saya paling lama nenghabiskan waktu di Alaska. Saya nggak ngerasa kalo Alaska itu merupakan Amerika, karena jaraknya yang jauh dengan negara bagian Amerika lainnya. Jadi Alaska itu saya anggap lebih masuk ke Kanada, padahal mah yang benernya Alaska itu bagian dari Amerika Serikat. Bingung kan haha.

Oke, langsung kita flashback ke hari terakhir saya di Amerika. Waktu itu tanggal 23 September 2016, hari Jumat merupakan hari yang sangat melelahkan. Hari itu saya seperti zombie yang kepengen makan orang karena kurang tidur karena sehari sebelumnya. Saat itu kami (saya bersama dengan seorang teman jalan) baru saja melakukan perjalanan selama seharian penuh dari Jasper ke Calgary, dari pagi sampe tengah malam.

Ah tapi saya mau cerita hari terakhir saya di Kanada aja dah, yang dari Jasper ke Calgary. Ke mana hari terakhir di Kanada? Ke buanyak tempat! Kami menginap di Jasper Downtown Hostel selama 2 malam. Di sana kami sekamar dengan 3 orang yang nggak saya kenal. Sepasang orang Jerman yang tiap malem berisik ngobrolnya dan 1 orang tamu hostel yang nggak keliatan wujudnya karena baru datang pas tengah malam.

Pagi itu kami memutuskan untuk bangun lebih awal untuk check out dan siap-siap. Saya kebagian tugas masak nasi buat bekal piknik, sementara teman jalan mengumpulkan energi buat nyetir seharian. Kasian dia nyetir mulu haha. Kami akan menempuh perjalanan sejauh 419 kilometer selama seharian penuh. Saya udah mules duluan ngebayangin perjalanan yang panjang ini. Perjalanan ini mengingatkan saya dengan perjalanan yang pernah kami lakukan waktu di Selandia Baru dari Franz Josef ke Kaikoura. Cuma bedanya waktu di Kanada saya sama sekali nggak nyetir karena setirnya di sebelah kiri hehe. *pijitin mbak sopir

Waktu baru keluar dan masukin barang ke mobil saya kaget liat mobilnya yang beku. Bagian luar mobil dilapisi es, bahan makanan di dalam mobil beku. Nutela beku, minyak kayu putih beku, jaket beku, semuanya beku haha. Saya juga beku pas baru keluar hostel. Aje gile dinginnya Jasper di musim gugur luar biasa! Tangan saya dong berdarah-darah waktu di Kanada gara-gara gak pake krim. Apa yah, buku jari namanya yang berdarah.

Bekal sarapan kami saat itu adalah bulgogi sisa semalam sebelumnya yang kami beli di restoran korea dan kami bawa bekal roti tawar buat cemilan dan ayam goreng kfc yang juga kami beli semalam sebelumnya. Niat banget kan kalo mau piknik. Urusan perut itu penting sodara-sodara, mana tau kami mau hiking hari itu, jadi kan gak lemezzzz nantinya. Makan digedein!!

Setelah sarapan dan ngangetin mobil untuk mencairkan bulir es di eksterior mobil kami segera cuzz ke highway. Dengan bermodalkan travel (lupa namanya sejenis hengpon) yang kami sewa kami segera mengarahkan gps ke Mount Edith Cavell. Kami tidak memiliki ekspektasi apa-apa mengenai Mount Edith Cavell. Karena namanya yang cantik maka kami memutuskan untuk ke sini, toh searah juga, sekalian jalan dari Jasper ke Calgary.

Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam cagak di sebelah kanan jalan kemudian terus mengikuti jalan sepi yang berliku membentuk huruf s berulang-ulang, Sambil ngejemur nutella di dashboard mobil, sesekali tojos-tojos nutella yang masih aja beku pake sendok,  saya nggak henti-hentinya menikmati pemandangan sekitar. Saya berharap bisa ketemu beruang yang lagi nyebrang di sini, tapi ndak ado, ketemunya malah rusa (elk) mulu di Jasper.

Beberapa saat kemudian kami sampai di tempat di mana banyak mobil parkir. Kami ikutan parkir di sana. Saya bingung kenapa jalan beraspal menuju parkiran Mount Edith Cavell ditutup. Setelah keluar dari mobil dan melihat papan pengumuman, ternyata jalan ditutup untuk mobil karena sedang ada perbaikan jalan. Owhhh gitu yahhh..

Saya udah kecewa aja, jauh-jauh ke sini tapi nggak bisa liat gunungnya dari dekat. Tapi saya perhatiin orang-orang banyak yang pada jalan terus melewati pagar pembatas mobil. Ohh yasudah saya pun ikutan jalan. Saya udah jalan terus sampai setengah jalan tapi karena saking dinginnya saya malah putar balik dan kembali ke mobil untuk ngerem di mobil sambil ngangetin badan. Saya nggak tahan dingin, padahal suhu pagi itu cuma -2 sampai 1 derajat doang. Tangan saya udah kebas. Maklum, gak biasa kena dingin.

Pas saya udah balik ke mobil saya ketemu teman jalan yang lagi asik foto, “Ngapa lo balik lagi, ayo lanjut lagi!!!” Saya dengan nurutnya putar balik lagi dan jalan cepat meninggalkan dia yang sedari tadi berhenti dan foto-foto terus.  Terus saya balik lagi ke arah dia, “Foto gue dong!” *tiduran di tengah jalan* Energi saya kebuang sia-sia kan bolak-balik 2 kali haha. Akhirnya setelah jalan jauuuuuuuuuuuuuuuuhhh banget kami sampai juga di pos parkiran mobil Mount Edith Cavell yang sebenarnya.

DSCF5124
Awas beruang!

Saya kira saya udah sampai di tempat tujuan, ealah ternyata untuk melihat gunungnya masih dibutuhkan perjuangan yang lumayan panjang. Kali ini kami melewati trail berbatu dan dipenuhi kerikil, bukan jalanan beraspal lagi. Saya baru semangat di sini, puncak gunung sudah mulai terlihat agak jelas. Walau semangat tetap aja saya berkeringat dan ngos-ngosan, manalah haus pulak, nggak ada yang jual pisang goreng, pop mie  dan air mineral di Mt. Edith Cavell. Tapi saya nggak menyerah, inilah momen yang paling saya sukai, lari dari kenyataan untuk melihat keindahan yang disajikan di muka bumi. Gunung, I like you!!

“Semangat semangat semangat!! Gunungnya udah keliatan! Sedikit lagi!!” Saya menyemangati diri sendiri.

DSCF5146
Apa tuh!

Ketika sampai di tempat tujuan, saya langsung duduk dan nggak berhenti memandang gunung yang tampak sangat megah di hadapan saya. Saya menghirup napas dalam-dalam, menutup mata dan bengong aja gitu. Bengong karena capek sebenarnya. Ihhh heran ini bocah demen banget sama yang beginian. Terus saya lihat pengunjung lain yang jalan melewati tali/pagar pembatas batas aman dengan cueknya dan berjalan ke arah danau beku. Saya cuma bengong liatin mereka sambil bilang sama diri sendiri, “Itu mereka kan nggak boleh ke sana, ada tulisannya, oi oi bahaya!!”

DSCF5156
Mount Edith Cavell

“Ke sana yuk!!” Ajak travelmate.

“Nggak ah” Tolak saya.

“Rugi tau, udah jauh-jauh ke sini.”

Kemudian saya cuma bisa memandang dia yang sedang berjalan melewati pagar pembatas dan lama-lama semakin menjauh. Terus saya berubah pikiran dan menyusulnya.

“Ikuuut!!”

Kami jalan berjauhan menginjak kerikil besar yang terhampar di hadapan kami. Semangat kami nggak mengendur walaupun udah jalan kaki jauh banget. Saya udah nggak begitu norak lagi sama glacier karena di Alaska udah puas liat glacier dan es. Ketemu glacier di Mount Edith Cavell ini nggak ada dalam harapan saya. Jadi anggap aja dapet bonus hehe.

DSCF5257
Es

Kemudian sampailah kami di antara danau beku dan bongkahan-bongkahan es besar yang berserakan di bawah gunung. Es ini terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam gelas berisi teh tawar. Saya tidak akan melakukannya, lagipula saya tidak membawa gelas untuk minum. Saat berada diantara bongkahan-bongkahan es ini saya inget dengan perjalanan saya waktu ke Jokulsarlon, Iceland tepat setahun sebelumnya. Bedanya es di Jokulsarlon itu ukurannya lebih besar, ada yang sebesar truk malah. Di Mount Edith Cavell nggak terlalu besar, tapi masih tetap besarlah.

Kami betah berada di Mount Edith Cavell. Saya sibuk memandang bongkahan es, danau beku, pegunungan sambil foto-foto. Di sini saya nyesel nggak bawa tripod, tripodnya saya tinggal di mobil. Tanpa hilang ide, maka saya taro kamera saya di atas es dan foto diri sendiri deh. Dan ini hasilnya hehe.

dscf5226.jpg

Mount Edith Cavell ini memiliki ketinggian 3.300 meter. Kami nggak sengaja ke Mount Edith Cavell setelah melihat puncaknya dari Pyramid Lake sehari sebelumnya. Dahulunya Mount Edith Cavell dinamakan La Montagne de la Grande Traverse oleh penjelajah Perancis. Kemudian pernah juga dinamakan Duke Fitzhugh, pernah juga Geikie. Kemudian gunung ini dinamakan Mount Edith Cavell setelah perawat asal Inggris dieksekusi oleh tentara Jerman saat perang dunia ke-1. Dia ditangkap karena telah menolong tawanan kabur melalui Belanda. Pada saat dia ditangkap dan dieksekusi pada tanggal 5 Agustus 1915, bersamaan dengan hari ketika puncak gunung ini didaki untuk pertama kalinya. 5 bulan kemudian puncak gunung ini dinamakan Edith Cavell.

Selama perjalanan saya di Alaska dan Alberta, Mount Edith Cavell inilah yang berhasil mengambil hati saya. Ini menjadi tempat dengan pemandangan paling spektakuler yang pernah saya lihat. Cita-cita saya untuk melihat puncak tertinggi di Amerika Utara, yaitu Denali Mountain yang dulunya bernama McKinley, dengan ketinggian 6.190 meter yang berada di Denali National Park Alaska nggak kesampaian. Waktu saya ke Alaska mendung dan hujan, nggak keliatan gunungnya ketutupan kabut. Di Alaska jadinya nggak liat gunung ini dan beruang, sedihh. Nanti saya ke sana lagi aja yah hehe.

Mount Edith Cavell ini cantiiiik sekali. Saya merasa sangat kecil ketika sedang berdiri diantara pegunungan yang membentang di hadapan saya. Manusia itu nggak ada apa-apanya ya kalo dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang ini. Heyy kamu nggak boleh sombong yaaaa *mengingatkan diri sendiri

Saat asik memandang Cavell Glacier saya kaget dengan tingkah salah satu pengunjung. Dengan bodohnya dia melempar batu kea rah danau beku. Saya ngeri ngebayangin kalo ulah iseng orang itu akan berakibat longsornya salju atau glacier yang ada di gunung di atas kami. Ya saya juga salah sih, nekat ke sana padahal udah dikasih pagar pembatas. Abisan kan banyak orang yang jalan ke es jugaa. Merinding ih kalo ngebayangin ketimpahan kerikil atau es dari puncak gunung hiyyy.

“Ayo udah siang kita balik!!” Ajak travelmate

“Yuuuk!”

Tapi mah tetap aja nggak ada yang bergerak meninggalkan Mount Edith Cavell. Entah berapa kali kami ngajak balik ke mobil tapi masih aja pada betah di sini. Jam 1 siang kayaknya kami baru mulai meninggalkan Mount Edith Cavell dah. Tuh kan pada betah nongkrong di sini hahaha.

Kami bergegas meninggalkan Mount Edith Cavell dan kembali berjalan sampai ke parkiran mobil yang terletak sangat jauh. Saya jalan ninggalin travelmate sementara dia masih jalan dan berhenti sesaat untuk foto-foto. Saat di jalanan beraspal saya berjalan bersama dengan seorang bapak-bapak sepertinya seumuran bapak saya. Sepertinya dia orang Jepang. Kami nggak ngobrol karena posisi jalan kami agak jauh, tapi saya mengamati staminanya yang luar biasa untuk ukuran orang tua. Hebat kuat jalan jauhhh si bapaknya.

16-11-02-08-29-43-288_deco.jpg
Jalan kembali ke arah parkiran

Untunglah kami masing-masing pegang kunci mobil. Sesampainya di mobil saya langsung makan siang dengan lahap dari dalam mobil. Bekal makan yang paginya sudah saya panaskan di microwave menjadi beku lagi hhaha. Walaupun dingin tetap enak kok, Alhamdulillah. Kemudian kami segera meninggalkan Mount Edith Cavell untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Calgary.  Masih ada tempat kece yang kami kunjungi setelah Mount Edith Cavell ini, tapi nanti saya posting di lain kesempatan. Demikian cerita saya dari negeri maple yang daunnya nggak saya temukan ketika saya di Alberta. Kanada ini warbiyasak.

Advertisement

11 thoughts on “Piknik ke Mount Edith Cavell”

  1. kak bije hahaha di foto yang nunjuk ke gunung itu, aku malah fokus ke telunjuknya hahahaha ampun dah. itu terlihat seperti telunjuk yang sedang bekerja keras menahan dingin >,<

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s