My Story

Another Dream Destination

20160916_141758
Alaska

Udah lama saya ngak posting destinasi impian lagi setelah Selandia Baru dan Alaska, yang dulunya bahkan saya nggak pede untuk menghayal. Kenapa nggak pede ke sana? Karena ada yang bilang, seharusnya saya jangan cerita sebelum berangkat, ceritanya setelah pulang aja, kan malu kalo nggak jadi berangkat setelah koar-koar sana-sini hihi. Buat saya justru kebalikannya, cerita rencana perjalanan lebih menyenangkan daripada menceritakan pengalaman setelah balik dari perjalanan panjang ituuuu.

Saya lagi seneng investasi, maksudnya nabung buat masa depan. Tapi di sisi lain saya juga nggak bisa menghilangkan keinginan saya untuk eksplor belahan bumi lain. Saya masih aja semangat ngomongin jalan-jalan. Kalo soal duitnya sih belum ada, yang penting semangatnya aja dulu. Ahh menghayal aja saya bahagia. Makanya jangan pernah memutuskan mimpi orang lain. Kalo ada yang suka ngimpi, biarin aja, jangan dinyinyirin atau dihujat, atau dipatahkan semangatnya. Emang sih kudu realistis, tapi kan ngimpinya nggak sambil tidur terus ngeces bikin pulau hiiiy.

Sekarang saya nggak mau buang-buang duit buat urus visa yang mahal-mahal lagi. Negara tujuan saya nantinya adalah negara yang nggak memerlukan visa. Kalaupun pakai visa, ya jangan yang sampe diatas harga cicilan kpr 1 kali, sayang duitnya. Nahhhh, jadi mau (ngayal) ke mana lagi??

Saya pengen ke negara yang kalo diliat dipeta sederet sama Indonesia, tarik garis ke kanan melewati Papua Nugini, terus sampai ke Samudera Pasifik Selatan, kemudian tembus ke Peru melewati kota atau distrik atau desa atau kabupaten (gak tau namanya) Arequipa, Ilo District, Tacna, berbatasan dengan Arica yang udah beda negara. Dari Arica langsung loncat ke Calama, dari Calama naik kendaraan ke San Pedro dan bermalam di sana. Kemudian lanjut ke Atacama Desert. Ini mau ke mana siiiiih???

Saya pengen banget ke Chile, tapi tapi tapi tiketnya mahal, cutinya terbatas dan duitnya belom ada hiks, aku sedih. Rasanya itu sama kayak waktu kepengen banget ke Selandia Baru pertama kali jaman dulu, kepengeeeeen banget tapi nggak berani jalan sendirian. Kepengeeeen banget tapi tiketnya mahal, terus salah beli tiket dan beli tiket dadakan di sebelahnya counter check in sebelum terbang. Kaya waktu pengen ke Alaska tapi itu mah ujug-ujug nyampe aja sih, nggak begini-begini amat rasanya.

screenshot_20180310-0851261944114814.png
Ngukur peta

Di Chile saya pengen trekking selama 5 hari 4 malam ke W sirkuit di taman nasional Torres del Paine, liat penguin, liat gurun Atacama, liat glacier, liat danau, liat gunung, menapakan kaki di atas glacier lagi, main kayak di glacier (kalo kuat mbayar dan bisa ngayuh kayak). Saat terbaik ke sini adalah saat musim panas, kan saya takut dingin. Tapiiii musim panasnya itu pas Desember-Januari bertepatan dengan musim liburan natal dan tahun baru, saat harga tiket sedang mahal-mahalnya. Coret langsung berangkat pas summer.

Saya udah ngotak-atik nyari cara termurah ke Santiago dari sudut mana aja di belahan bumi ini tapi nggak nemu cara termurah ke sana. Saya coba dari Melbourne ke Santiago, transit di Auckland. Ini adalah cara tersingkat ke sana. Bisa beli tiket gelondongan Jakarta-Melbourne pp, Melbourne-Santiago pp, Santiago-Punta Arenas, Punta Arenas-Calama, Calama-Santiago, seterah dah mau utak-atik gimana aja. Saya nggak tau kalo transit di Auckland pake visa transit atau enggak. Emang ada visa transit Selandia Baru?

Cara kedua berangkat melalui Eropa. Dari negara di Eropa lanjut ke Chile, mungkin pesawatnya akan transit ke Brazil atau Peru, tergantung dapetnya. Tapi saya males apply visa schengennya. Nanti diceramahin lagi sama petugasnya, “Mbak, ini dana di rekening koran sebaiknya ditambah, kalo cuma segini dikuatirkan visanya tidak akan disetujui” Blah!

Cara ketiga dan yang paling jauh serta bikin pantat panas, perut mules karena kelamaan di pesawat adalah melalui Amerika atau Kanada. Kalo naik American Airlines dari Tokyo, transit di Dallas, Miami (ini yang saya cek tadi). Saya nyarinya yang transit di New York City tapi belum nemu. Jadi sekali perjalanan, 2-3 negara terlampaui. Tapi kelamaan di pesawat. Dari Jakarta ke New York City aja udah makan waktu 25 jam (kalo naik Qatar). Belum dari JFK ke Santiagonya, belasan jam. Jetlag super parah kalo berangkatnya nggak pake istirahat dan tidur dulu di darat. Kalo naik Air Canada transit di Toronto atau Vancouver, saya nggak tertarik ke sini, pan udah pernah kalo cuma lewat doang.

Cara yang paling realistis kalo emang pengen mampir ke New York adalah… Jakarta atau Kuala Lumpur – New York City, New York City – Santiago, Santiago – Punta Arenas. Skip Atacama karena cutinya gak cukup dan duitnya udah abis haha. Tungguin promonya Qatar, biasanya tiket Al-Qatariyah ke Amerika lebih murah dibandingkan airlines lain. Visa Amerika udah ada, transit di Doha juga gak pake visa. Aku cinta Al-Qatariyah, syukron hihi.

Cara yang paling realistis kedua kalau gak lewat Amerika adalah melalui Australia. Begini rutenya, Jakarta atau Kuala Lumpur atau Singapura – Melbourne, Melbourne-Santiago (ada yang langsung, ada pula yang transit di Auckland) naik Latam. Waktu mau ke counter check-in Qatar di JFK kemaren saya cuma bisa menatap nanar counter LATAM yang ada di belakang counter Qatar, sambil bilang gini, “Kapan ya aku check in di situ?” LATAM kenapa kamu mahal sekali tiketnya dari mana saja huhu.

Barusan gugling ternyata nggak perlu visa transit New Zealand kalo transitnya kurang dari 24 jam. Kalo Australia sih pake visa transit, kan keluar pemeriksaan imigrasi dulu untuk ambil bagasi dan check in LATAM. Tapi nggak boleh bawa makanan kalo lewat Australia dan Selandia Baru karena custom mereka lebih ketat daripada ke Amerika.

Ceritanya urusan tiket pesawat udah selesai, tahap selanjutnya adalah mikirin pengen ke mana aja selama di Chile. Liat penguin itu adalah suatu keharusan, berhubung belum kesampaian ke South Georgia and South Sandwich Island, dan ke Antarctica, dan ke Ushuaia yang udah masup bagian dari Argentina, maka saya cukup nyari penguin di dekat Punta Arena saja. Saya udah minder duluan kalo mau ke Argentina, katanya, katanya, katanya visanya susah, jadi ya males duluan. Saya nggak sesemangat dulu lagi yang rajin mengurus visa ke mana saja sendirian. Skip Argentina.

Di Torres del Paine saya pengen hiking, camping, trekking, backpacking, karena nggak sanggup bayar refugio yang harga permalamnya puluhan sampe ratusan dolar huaaaa. Anggarannya udah kesedot buat tiket pesawat sih. Tapi apakah saya kuat tidur di tenda? Apakah saya kuat gambol ransel berisi tenda, sleeping bag, dan peralatan camping lainnya? Apakah saya berani backpacking sendiri? Saya cuma takut malamnya doang, takut ada yang suara-suara di luar tenda. Boleh deh nginep di refugio setengahnya (2 malam) 😅

Umur makin bertambah, keinginan petualang makin gila, gaya bener dah kaya fisiknya kuat. Itu urusan belakangan, yang penting saya udah nyicil beli 3 seasons sleeping bag di Melbourne, sepatu hiking di Rei Alaska, ransel di Rei Philadelphia, buat ke Patagonia. Perlu yah nunjukin tempat belinya? Suombong bener wakakakak. Kemudian langsung diunfollow. Tendanya yang belum ada, mau sewa di sana atau beli di sini aja kali. Ngincer ultralight tent di Rei di US dari dulu belom kebeli, mihil.

Glacier! Saya masih suka sama glacier makanya kepengen ke Chile. Kalo nggak kesampaian ke Chile mungkin saya akan ke Greenland atau Svalbard kali, lokasinya di atas lingkar kutub utara. Alaska, Iceland kan udah pernah walaupun belum melintasi lingkar kutub utara. Ke Arctic Circlenya Rusia mungkin suatu saat nanti. Saya belum begitu tertarik ke padang pasir, pengennya liat es terus. Entah kenapa saya nggak bosan liatin glacier dan liatin kamu, ehhh!

Jadi kapan direalisasikan? Nggak tau nungguin duitnya kekumpul. Oh iya saya lagi nggak nyari teman jalan yaa. Pengennya Akhir tahun ini ke sana, pengennya hihi. Oh indahnya ngayal saya hari ini. Saya bahagia! Jangan komen yang bikin saya down yaaaaaaa *senggol bacok cium

Advertisement

12 thoughts on “Another Dream Destination”

  1. Wahhh Bagus tuh Patagonia, semoga tercapai y bs kesna akhir tahun ntr.. tp kalo camping di national park pake tenda mending jgn sendirian.. serem

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s