Traveling

Perjalanan Bodoh di Patagonia

Mari kita sejenak refreshing, melupakan cerita tentang seleksi beasiswa maupun tes potensi akademik yang bikin kepala saya pusing 7 keliling. Hari ini saya mau cerita pengalaman saya waktu ke Chile, iya Chile! Kamu pasti udah pada nungguin kelanjutan cerita perjalanan bodoh saya bukan?

Umm, jadi tadinya perjalanan saya ke Chile mau saya jadiin perjalanan saya terakhir yang paling jauh gitu. Tapi kayaknya nggak bisa, saya bakalan terus traveling sampai punya anak cucu dah haha. Kalo di jalan kepengen pulang, kalo di rumah pengen kelayapan. Begitulah manusia.

Okeh, langsung aja yak dongengnya!

Setelah menempuh perjalanan selama berhari-hari akhirnya saya tiba di kota kecil di kabupaten antarctica yang bernama Puerto Natales. Kota ini sepiiiiiiiiii banget. Di jalan saya jarang melihat manusia atau pedagang kaki lima, di downtown pun sepi. Di sini saya nggak nemu alfamart atau indomaret, adanya Unimarc, Colo-colo dan Don Bosco, dan saya udah belanja ke tiga supermarket itu. Ngapain? Beli beras, buah-buahan, cemilan, saya gampang laper orangnya.

Di Puerto Natales saya menginap di hostel kecil dengan pemandangan kece. Saya nginep di Hostal Backpacker Cortes dan memilih kamar dengan 8 tempat tidur, kamar mandi dalam dan pemandangan laut biru. Saya betah sih nginep di hostel ini, nyaman, berasa rumah sendiri. Di malam pertama saya sekamar dengan solo traveler dari Cina (cowok) dan Jepang (Cewek). Apa lagi tujuan mereka ke sini kalo bukan hiking ke Patagonia. Baru kali ini saya ketemu banyak hiker beneran. Saya? Hiker ala-ala alias bukan hiker haha.

Tadinya saya mau hiking full circuit Torres del Paine selama 8 hari, tadinya! Sama siapa? Christopher. Siapa Christopher? Udah kalian nggak perlu tau. Galak bener haha. Dia temen kenal di Couchsurfing, orang Chile dan gak bisa ingles sama sekali. Saya ternyata takut treking ful circuit sendiri, makanya nyari temen. Eh menjelang hari h, saat saya sudah di Chile dia whatsapp pake bahasa spanyol yang artinya begini, “Sorry, gue gak bisa terbang ke Puerto Natales, gue masup rumah sakit abis disengat (apaan gak tau)”. Laaaah! Ingin rasanya saya mengumpat tapi kata pak ustadz nggak boleh, ya udah deh.

Saya lemes, rencana tinggalah rencana. Dang saya udah bayar campsite di Tdp. Udah bener saya pilih W trek (tadinya) nape ngikutin orang. Ya udah sih, the show must goes on. Di hari kedua saya di Puerto Natales saya sibuk keliling tempat penyewaan peralatan camping. Tempat penyewaan peralatan camping yang paling terkenal itu di Erratic Rock. Selain menyediakan kamar hostel, penyewaan peralatan camping, di sini juga bisa dengerin semacam bincang sore. Setiap jam 3 sore akan ada staf mereka yang jadi pembicara, ngobrolin tentang Patagonia, tips dan trik gitu. Orang yang saya jumpai di sana berpasang-pasangan, saya sirik dengan mereka. Tau kan gimana rasanya, rasa sakit yang membuncah di dada. Am i the only one who travel solo? Sok aja keliatan setrong, padahal mah..😂

Manusia boleh berangan-angan, namun kenyataannya… *menatap nanar komputer di depan saya*. Cita-cita saya traveling atau hiking dengan teman hidup pupus sudah ga pernah kesampean. Belum kali ya, who knows. Tapi tapi tapi kan saya bisa jalan sendiri. Untung saya cewek mandiri, nggak ada teman jalan, sendiri pun jadi. Teman jalan sih ada aja, terus abis itu misah lagi bubar jalan. Pokoknya saya mau hiking/traveling lagi tapi sama anak dan suami saya, itu mimpi saya haha. Mohon diaminkan sodara-sodara! Amiiiiiiin!

Satu hari waktu saya di Puerto Natales saya habiskan untuk hal yang nggak berguna. Saya baru keluar hostel jam 11 siang, mager pan. Saya meluntjur ke terminal bus untuk membeli tiket bus ke taman nasional Torres del Paine keesokan harinya. Sebelum berangkat saya udah tanya teman di hostel, dia naik bus apa, bayar berapa dan saya pun mengikuti pilihan dia karena itu adalah tiket bus termurah dibandingkan dengan operator bus lainnya. Saya agak-agak frustasi di Chile karena sulit bertemu dengan orang yang fasih berbahasa inggris. Saya pun nggak sempat belajar bahasa spanyol atas nama kesibukan yang nggak jelas.

Setelah membeli tiket bus, saat akan keluar terminal ternyata hujan deras dan saya nggak bawa payung selama ke Amerika Selatan ini. Saya menunggu hujan agak reda sebentar di dalam terminal kemudian mengenakan jaket anti air dan melanjutkan berjalan ke downtown yang terletak sekitar 10 blok lebih. Mana saya cuma pake sendal jepit doang lagi. Di Puerto Natales ini udah dingin banget, beda sama di Santiago.

Hanya ada saya dan anjing-anjing di jalanan. Saya takut sama anjing, tapi di sini saya pura-pura cuek aja. Lah mau jalan lewat mana lagi, anjing di sana sini di depan belakang di kanan di kiri. Saat itu saya pake dress polkadot dan legging hitam, plus sendal jepit. Girly banget kan kayak cewek Jepun, padahal saya nggak nemu yang pake baju kaya saya. Woi ini tempatnya pendaki kali, kagak nyambung haha. Pemberhentian pertama saya saat itu adalah ke kantor Fantastico Sur (atau Vertice Patagonia? Saya lupa, lagian gak dicatet haha) untuk booking 1 campsite yang belum sempat saya dapatkan. Habis dong spot yang saya mau. Terus gimana? Yawdahlah. Kemudian tujuan kedua saya adalah ke tempat penyewaan peralatan camping Erratic Rock, saya tadinya mau sewa tenda di sini tapi ternyata mereka nggak punya stok tenda 1 orang. Mereka mengarahkan saya untuk ke Carfran Patagonia, hostel yang juga menyewakan peralatan camping. Tapi saya malah menuju ke Rental Natales buat nanya tenda, sleeping bag, trekking poles dan kawan-kawannya. Terus apa kata yang jaga toko, mereka nggak punya stok lagi. Hakdezig!

Akhirnya saya menuju ke Carfran Patagonia dan mendapatkan satu buah tenda, tapi saya nggak yakin sama tendanya, tapi tetep aja saya sewa. Terus saya balik lagi ke Erratic Rock buat pinjem sleeping bag dan trekking poles. Lah kok sleeping bagnya segede gaban!? Ini mah saya punya, 3 season sleeping bag Marmot yang ada di koper di rumah. Tapi kan nggak saya bawa. Di Erratic Rock saya pinjem sleeping matt, trekking poles dan sleeping bag. Oh iya saya sebelum ke tempat penyewaan ini belanja grocery dulu di Don Bosco dan Unimarc.

Malamnya saat saya packing untuk persiapan hiking bersama dengan James dan Jason, 2 kakak beradik asal Atlanta. Salah satunya teman sekamar saya. Sekamar pan ber-8. Mereka packing dengan cantiknya. Oh my, mereka sangat akur. James si adik udah berkeluarga. Sedangkan Jason duda beranak 2, kerja di airlines dan dapet jatah terbang gratis dan bisa bawa keluarga, ingin rasanya saya mendekati masnya dan menyuruh dia supaya menjadikan saya bagian dari anggota keluarganya supaya saya bisa terbang gratis keliling dunia dan hiking di taman nasional seluruh dunia, eaaaa. Lah 🤣

Sementara mereka sibuk menyusun barang bawaan mereka, saya masih sibuk ngutekin tenda saya. Damn, i can’t go hiking with this stuff! Tendanya saya coba berdiriin aja nggak bisa, masak tendanya cuma 1 poles doang. Ketiup angin dengan kecepatan 30 km/jam doang di TdP bisa roboh seketika ini mah. Angin di Tdp bisa mencapai 120 km/jam. Sleeping bagnya juga terlalu bulky dan berat, badan saya kerempeng begini. Saya pengen nangis malam itu. Rencana saya gagal karena gak punya perlengkapan camping memadai. Saya juga nggak bisa memesan refugio (hostel) di taman nasional karena sudah penuh sejak 3 bulan sebelumnya. Padahal saya udah beli tenda, 3 season down sleeping bag dibawah 0 derajat, waterproof trousers di US tapi semuanya masih nyangkut di rumah temen di US. Kenapa saya nggak terbang lewat New York ajaaaa, seperti rencana saya semula. Saya menyesali kebodohan saya. Saya gagal treking lama ke TdP kan huaaaaaaa *nangis kejer*

Malamnya saya stres dan nggak bisa tidur, ditambah efek jetlag, dan benar-benar nggak tidur sama sekali. Saya bisa mendengar suara anjing menggonggong, suara dengkuran tetangga dan suara kentut. Mereka tidur pulas banget, sungguh membuat saya sirik.

Paginya jam 7 saya udah harus berada di dalam bus menuju taman nasional. Saya berangkat bersama dengan teman sekamar yang berasal dari Cina yang namanya sulit saya ingat, jadi kita panggil aja dia Melati, eh Bunga Bakung aja dah, cowok pan. Tadinya saya mau ikutin dia ke bagian barat Tdp, ke Catamaran, lake Pohoe sana. Tapi rencana saya berubah gara-gara bocah berondong ganteng bernama Enrique yang duduk di sebelah saya. Enrique, kamu telah mengubah tujuan dan arah hidup perjalananku. Ini salahmu Enrique! Kenapa kamu duduk di samping akuuh. Baru kali ini saya nemu orang Chile yang berbicara bahasa inggris dengan fasihnya dengan aksen Amerika. Kok bisa jago gitu sih inglesnya, saya kira bukan orang latino. Akhirnya kami ngobrol panjang lebar dan tanpa terasa kami telah tiba di pintu masuk taman nasional tempat registrasi dan pembayaran tiket masuk taman nasional. Sebelum kami turun dari bus, ada pemain telenovela, salah mbak ranger cantik naik ke dalam bus dan menjelaskan prosedur registrasi dengan menggunakan bahasa espanol dan ingles. Kemudian dia mengarahkan para penumpang bus untuk turun dan antri di dalam kantor Conaf. Terus terus terus, bersambung lagi ceritanya ke postingan berikutnya. Saya mau kerja dulu ya.

Bersambung ke bagian 2

Advertisement

12 thoughts on “Perjalanan Bodoh di Patagonia”

  1. Wih, makin seru nih. Oh, jadi selain nenda trekker juga bisa nginep di refugio selama di TdP? Asyik tuh kalau iya. Berasa kayak trekking di Nepal. 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s