Akhir-akhir ini saya sering menerima email yang menanyakan seputar visa. Bukan visa Indonesia tapi visa-visa ke luar negeri. Selain visa ada juga yang bertanya tentang paspor, itinerary perjalanan atau sejenisnya. Kalo nggak saya jawab emailnya, kesannya saya kok sombong banget ya. Tapi kalo saya balas semua kok ya ada aja orang yang langsung ngilang tanpa bilang terima kasih atau say hi terlebih dahulu.
Dulu juga saya pernah seperti mereka, buta tentang suatu negara tujuan, berusaha mencari tahu dan menanyakan informasi mengenai visa atau kondisi negara tersebut dengan cara mengirimkan email ke pemilik blog yang sudah pernah mengunjungi atau berdomisili di negara tersebut. Kalo emailnya nggak dibalas rasanya sakit hati haha. Continue reading “Bukan Biro Jasa”→
difoto di toko bukuHari ini setahun yang lalu, saya sedang berada di pesawat Air New Zealand dalam perjalanan dari Christchurch ke Sydney. Kemudian transit di Sydney selama 9 jam, dilanjutkan dengan terbang melintasi benua Australia menuju Denpasar. Selama transit di Sydney dan berada di pesawat saya mendadak sakit maag sehingga saya nggak benar-benar menikmati penerbangan. Saat itu malam natal, awak kabin bekerja dengan menggunakan topi santa yang membuat perjalanan menjadi unik. Akhirnya saya ngerasain hari-hari menjelang natal di luar negeri, tapi tanpa salju. Perjalanan ke Selandia Baru menjadi perjalanan yang paling berkesan buat saya dalam sejarah perjalan-jalan-an. Continue reading “Gak Perlu Menjadi Kaya Untuk Bisa Traveling”→
Walaupun bikin gemes bin keder, saya seneng ngomongin tentang visa, tapi bukan visa indonesia yah. Apalagi pemberlakuan bebas visa kunjungan wisata ke Indonesia, yang ada malah bikin saya tambah sirik hihi.
Sebenernya apa sih visa itu, segitu pentingnya sampe bikin orang tidur susah dan makan pun tak enak. Manurut wikipedia,
Visa adalah sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh sebuah negara memberikan seseorang izin untuk masuk ke negara tersebut dalam suatu periode waktu dan tujuan tertentu. Visa adalah sebuah dokumen izin masuk seseorang ke suatu negara yang bisa diperoleh di kedutaan dimana negara tersebut mempunyai Konsulat Jenderal atau kedutaan asing. Visa adalah tanda bukti ‘boleh berkunjung’ yang diberikan pada penduduk suatu negara jika memasuki wilayah negara lain yang mempersyaratkan adanya izin masuk. Bisa berbentuk stiker visa yang dapat diapply di kedutaan negara yang akan dikunjungi atau berbentuk stempel pada paspor pada negara tertentu.
Nah tau kan kenapa visa itu menjadi sangat penting dalam dunia per-traveling-an. Tanpa visa kita gak bisa menginjakkan kaki keluar dari pemeriksaan imigrasi di bandara. Tanpa visa kita gak bisa melihat negara tersebut. Paspor saja tidak cukup, bung!
Sejak pertama kali mengenal dunia per-traveling-an saya selalu berusaha menyiapkan dokumen dan mengajukan aplikasi visa seorang diri. Sejak pertama kali bekerja, saya mulai berani menabung mimpi untuk bisa mengkoleksi cap di halaman paspor saya. Selain cap paspor, saya juga suka ngeliatin stiker visa yang menempel dengan cantik di halaman paspor, seneng deh hehe.
Entah kenapa setiap mau apply visa saya berasa tegang mulu, padahal saya sudah mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pihak kedutaan. Saking lengkapnya malah sering ada lembaran yag dikembalikan. Seharusnya saya nggak perlu se-parno itu kalo berkasnya lengkap setiap mau apply visa, nggak perlu mikir yang aneh-aneh dan ketakutan yang berlebihan. Tapi mau gimana, saya takut ditolak (amit-amit!). Cinta ditolak masih bisa move on, visa ditolak susah move on.
Kalo diinget-inget hampir setiap tahun saya selalu mengajukan permohonan aplikasi visa. Saya nggak pernah mau mengajukan aplikasi visa melalui travel agent karena yang saya cari itu justru pengalaman deg-degannya saat melangkahkan kaki ke kedutaan. Gimana rasa gugupnya yang bisa bikin saya sampe mules dan tegang. Saya lagi penasaran nih pengen nyobain apply visa kanada, visa USA, katanya sih visa itu yang paling sulit didapat, tapi mihilll biaya jalan-jalannya, manalah saya kuat mbayarin diri sendiri haha.
Oh iya, alasan kenapa saya apply visa melalui kedutaan Denmark supaya ada bahan tulisan di blog, apply dari kedutaan Belanda udah biasa, saya mau yang beda haha. Kemarin waktu masukin berkas saya cuma ngantri barengan 1 orang mbak-mbak. Proses pengecekan berkas saya juga lumayan cepat. Saya udah menyusun berkas pendukung sesistematis mungkin untuk ngebantu petugas penerima visa melakukan pengecekan. Setelah berkas saya dicek satu-persatu, petugasnya nggak ngomong apa-apa lagi. Padahal awalnya udah ribut duluan soal rekening. Saya juga tau kok dengan budget yang harus disiapkan Dengan sudah dibayarnya tiket pesawat pergi pulang, tiket pesawat antar negara dan tiket bus antar kota, serta hostel/apartemen/hotel sebagian, seharusnya biaya segitu cukup buat nutup biaya perjalanan. Saya juga ngelampirin itinerary dan estimasi biaya sedetail mungkin, disesuaikan dengan kurs yang berlaku saat ini. Berdoa aja dehh, Bismillah…
Diantara semua loket, antrian yang paling panjang adalah antrian di loket Italia, saking ramenya kursi di ruang tunggu sampe terisi penuh. Ternyata banyak banget WNI yang mau bepergian ke negara-negara di Eropa. Beda lagi waktu apply visa New Zealand, saat itu saya nggak nemu pemohon lain, waktu pertama kali dateng saya langsung dipersilahkan untuk maju dan duduk di loket penerima berkas visa. Sambil ngobrol dengan mas-mas petugasnya yang ngecek berkas, saya sambil ngayal sambil memandang foto-foto/poster pemandangan New Zealand. Jadi, dari sekian visa yang pernah saya ajukan, visa New Zealandlah yang membuat saya jatuh cinta. I wanna go back to New Zealand! Udahan ah ceritanya, kepanjangan yaa 😀