Milford Sound, Fiordland National Park, South Island, New Zealand
Beberapa hari ini saya sering menerima email yang menanyakan kenapa di perjalanan nanti saya nggak ke Hobbiton, jadi begini alasannya
Karena saya belum pernah ke Hobbiton
Hobbiton itu terletak di Pulau Utara Selandia Baru, sedangkan saya kelayapannya di Pulau Selatan Selandia Baru
Sampai saat ini saya belum tertarik untuk ke Hobbiton, mungkin lain waktu saya akan mengunjunginya
Terlalu turistik
Kudu bayar *kan saya pelit
Udah pernah liat di tv di Trilogi The Hobbit
Setelah browsing melalui google, saya berkesimpulan kalo di Pulau Utara itu kotanya terlalu besar dan ramai, berhubung saya sukanya tempat yang sepi maka saya lebih senang menjelajah Pulau Selatan, semakin ke selatan semakin sepi dan saya sudah membuktikannya
Selandia Baru lebih dari sekedar Hobbiton, ada banyak sekali tempat yang bisa kamu kunjungi di Selandia Baru. Ada banyak sekali aktifitas luar ruangan yang dapat dilakukan, hiking, trekking, tramping, camping. Ada banyak sekali satwa yang dapat dijumpai seperti New Zealand Fur Seal, Yellow Eyed Pinguin, Kea, hewan ternak (domba dan sapi), Albatross (tapi bayar kalo mau liat), Paus dan masih banyak lagi!
Kalau beruntung kamu bisa melihat aurora australis di Pulau Selatan (yang terdekat dengan kutub selatan)
Karena saya udah pernah ke rumah hobbit versi viking di Iceland, yah mirip dikitlah hehe
Kalo mau ke Hobbiton, ke Bandung aja, yuk!
Untuk saat ini saya belum tertarik ke sana, mungkin nanti saat udah di Selandia Baru saya akan ke sana, kita tidak pernah tahu.
Dig dug dig dug jantung saya berdebar dengan kencang dan keringat dingin mengucur dari dahi saya. Saya? Nyetir? Ahh becanda kamu, hahhaa! *gemeteran
Saya emang pernah bawa mobil tapi saya nggak jago-jago banget nyetir. Ini di luar negeri, di kampung orang! Tapi saya nggak boleh menunjukan ketakutan saya saat itu. Saya harus gentle, maka saya pun langsung mengiyakan ketika diminta untuk mengambil alih kemudi. Continue reading “Stirling Point [NZ Roadtrip]”→
Salah satu cita-cita saya saat melakukan perjalanan ke Selandia Baru adalah hiking, trekking atau sekedar jalan-jalan singkat ke dalam hutan. Saya cuma mau melihat hijaunya hutan yang dipenuhi lumut dan menghirup segarnya udara hutan. Saat mengunjungi Milford Sound yang berlokasi di Fiordland National Park saya nggak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Setelah bermalam di Milford Sound Lodge selama satu malam, kami melanjutkan perjalanan ke Te Anau. Kami sengaja melakukan perjalanan sejak pagi hari supaya bisa banyak berhenti di spot tertentu yang pemandangannya kecehh. Saat dalam perjalanan dari Milford Sound ke Te Anau saya melihat ke arah sebelah kanan jalan dan sepertinya saya melihat kayak ada jurang yang saaaaangat dalam. Saya ngerasa agak-agak merinding gitu sambil mikir kok bisa ada jurang yang begitu dalam dan curam di pinggir jalan raya. Memang sih di sekitar jalan itu dikelilingi gunung-gunung yang menjulang tinggi tapi masak langsung ada jurang menganga di pinggir jalan. Karena penasaran saya pun langsung memakai kacamata dan betapa malunya saya pada diri saya sendiri, ternyata warna biru gelap yang saya sangka jurang ternyata adalah danau 😀 Continue reading “Berdiam Diri di Lake Gunn”→
Apa yang akan kamu lakukan saat transit di bandara tersibuk nomor 1 di Australia dalam waktu 8-9 jam? Mungkin kamu akan menyempatkan untuk keluar dari bandara dan melakukan perjalanan ke pusat kota Sydney dalam waktu seharian. Tadinya rencana saya juga begitu, tapiii karena udah tepar 15 hari di jalan maka saya mengurungkan niat saya. Saya sempat galau lumayan lama setelah turun dari pesawat Air New Zealand yang telah membawa saya ke Sydney International Airport pagi itu. Setelah keluar dari pesawat, hal pertama yang saya lakukan adalah mengambil brosur The Official Sydney Guide English Edition, kemudian saya masuk ke toilet wanita ikutan antri diantara para emak-emak bule. Continue reading “B2, Transit dan Sydney Airport”→
New Zealand, New Zealand! Saya mau posting tentang New Zealand lagi nihh, hehe. Saya belom bosen ngomongin New Zealand.
Ok, hari pertama di New Zealand, setelah menempuh perjalanan dengan menggunakan intercity bus selama 3,5 jam-an (jaman es, jaman batu, jaman purba) dari Christchurch International Airport akhirnya saya tiba di Lake Tekapo. Apa sih yang special dengan Lake Tekapo sehingga memasukan Tekapo di hari pertama dalam itinerary saya? Lake Tekapo kan cuma danau biasa doang, tapi saya jatuh cinta dengan Lake Tekapo sejak beberapa tahun yang lalu. Saya sering googling dan menyimpan foto Lake Tekapo di komputer buat motivasi saya supaya bisa berangkat ke New Zealand.
Ketika akhirnya benar-benar menginjakan kaki di Lake Tekapo, perasaan saya bercampur aduk, antara lapar dan haus karena belum sarapan dan senang bercampur bahagia karena mimpi jadi kenyataan. Akhirnya, akhirnya saya sampe ke siniiii. Saat turun dari bus mata saya langsung dimanjakan oleh birunya danau yang membentang luas di hadapan saya dengan langit yang jernih. Alhamdulillah…
Setelah turun dari bus kami berjalan kaki untuk mengambil brosur di pusat informasi dan berjalan kaki sejauh beberapa puluh (atau ratus?) meter untuk menuju hostel yang telah kami booking 2 bulan sebelumnya. Di Tekapo saya menginap di YHA Lake Tekapo. Hostel yang berukuran mungil terletak di 3 Simpson Lane, lokasinya paling dekat dengan tempat pemberhentian bus. Di sekitaran hostel ini masih ada hostel lain, tadinya saya mau nginep di hostel sebelahnya tapi setelah membaca review di hostelworld saya mengurungkan niat saya dan lebih memilih menginap di YHA Lake Tekapo, walaupun harganya lebih mahal beberapa dolar.
Saat masuk ke dalam hostel kami disambut oleh mas-mas yang berdiri dibalik meja resepsionis dan menyapa kami dalam bahasa inggris, ya iyalah masa bahasa jawa. Setelah menunjukan scan-an bookingan hostel dari hape, kami ditanya akan membayar dengan kartu kredit atau cash. Saya pilih cash donk, kan duitnya masih banyak haha *ditabok*
Saat booking saya memilih kamar dormitory dengan kapasitas 5 orang yang hanya boleh ditempati oleh cewek dengan harga 38 dolar. Saat masuk ke kamar, saat itu baru ada 1 orang cewek yang menempati kamar kami. Cewek Australia yang berasal dari Brisbane ini sendirian jalan-jalan ke New Zealand, wuihh. Saya memilih kasur di atas (bunk bed), sedangkan teman saya di bawah. Badan saya panjang, kepala saya takut kepentok pas bangun tidur kalo tidur dibawah, jadi saya pilih kasur nomor 2. Kamar yang kami tempati ini ukurannya mungil banget, tapi nggak pengap dan lumayan nyaman.
Selain kami ber-3, beberapa saat kemudian datanglah ibu-ibu Jepang dan 1 orang cewek Jepang lainnya, masih muda. Ibu Jepang ini ramah, dan nampaknya agak kesulitan berkomunikasi dalam bahasa inggris. Kami memulai perkenalan dan ngobrol sebentar. Si ibu ini datang ber-2 dengan suaminya dan dalam perjalanan menuju Christchurch. Mereka mau mengakhiri perjalanan, sedangkan kami baru memulai perjalanan.
Setelah meletakan barang bawaan dan beristirahat sejenak, kami pun mulai keluar buat cari makan siang dan belanja di minimarket. Kami mampir ke restoran cina dan memesan nasi goreng. Sebenernya saya agak was-was kalo ke restoran cina, saya takut kemakan B2 doang. Nggak cuma di restoran cina aja, di restoran jepang, dan restoran lain juga banyak menyajikan menu B2, hiks.
Setelah kenyang makan dan beli bahan makanan, kami kembali lagi ke hostel buat meletakan belanjaan dan siap-siap ngambil kamera buat mengabadikan pemandangan Lake Tekapo. Kami jalan-jalan di sekitaran Lake Tekapo menuju The Church of The Good Shepherd, Setelah dari gereja kami niatnya pengen ngaso di bangku taman, tapi keduluan sama bapak-bapak. Udah tanggung juga, akhirnya kami duduk bareng dan ngobrol deh.
Kami manggilnya Om Gavin, ternyata dia adalah seorang pengusaha catering yang memiliki hobi fotografer. Sebelumnya saya liat si om jalan-jalan sendirian sambil jeprat-jepret pake kameranya. Keliatan banget penghobi fotografer, kameranya gede buanget dan berat kayak teropong. Saya bukan pecinta fotografi jadinya nggak ngerti itu kamera jenis apaan. Saya sempet nyobain pegang kameranya dan coba-coba liatin lensanya, keren dehh. Setelah ngobrol panjang lebar, kami ditawarin buat main ke peternakannya yang terletak di nggak jauh dari Christchurch (kalo sempet). Si om ini berbaik hati nulisin alamat dan nomor teleponnya, kalo misalnya suatu saat nanti kami pengen mampir ke rumahnya dan merasakan kehidupan lokal warga Selandia Baru. This is the reason why I love backpacking traveling, kamu tidak pernah tau akan bertemu dengan siapa. Sukur-sukur ketemu jodoh, amin amin!
Lanjut ke cerita hostel lagi ya. Kalo lagi nggak di luar saya paling sering bolak balik ke toilet cewek, ngapain? Internetan haha. Di toilet koneksi internetnya kenceng banget! Saya iseng-iseng foto pengumuman pada selembar kertas yang ditempel di pintu toilet.
Sebenernya nggak ada yang istimewa pada YHA Lake Tekapo ini, ukuran hostelnya mungil, kamarnya mungil, dapurnya lumayan luas, biasa aja gitu. Yang luar biasa adalah pemandangan di belakang hostelnya keren banget, langsung menghadap Lake Tekapo dan Mt. John di kejauhan. Saya suka duduk-duduk di ruang ngumpul sambil memandang bunga mawar dan danau di kejauhan, sambil sesekali liatin bebek yang seliweran di taman. Pemandangan yang kayak gini nih yang bikin saya betah berdiam diri di YHA Lake Tekapo.
YHA Lake TekapoMy roomPenghuni hostelLorong menuju kamarpemandangan sekitar hostel
Apa yang ada dalam bayanganmu saat mendengar kata forest cabin? Sebuah kabin yang terletak di tengah hutan? Kalo saya sih ngebayanginnya sebuah bangunan yang ada di tengah hutan yang gelap di dalam sana yang sulit untuk diakses dan dipenuhi oleh banyak monster di malam hari yang siap untuk membunuhmu kapan saja. Itu sih film Cabin in the Wood, entah kenapa tiap inget forest cabin ingetnya cabin in the wood haha.
Forest cabin yang ini nggak seserem cabin in the wood, karena lokasinya nggak ditengah hutan banget, masih deketlah sama jalan raya walaupun jalan rayanya itu juga ditengah hutan yang nggak dilalui angkot, ojeg atau becak. Kabin ini terletak di Milford Sound Highway. Forest cabin yang mau saya ceritakan di sini adalah forest cabin yang berada di Piopiotahi. Di mana itu Piopiotahi? Namanya kok aneh yaa. Piopiotahi itu adalah nama lain dari Milford Sound. Nah Milford Sound itu adalah bagian dari Fiordland National Park. Continue reading “Lebih Dekat Dengan Alam di Milford Sound Lodge”→
Mall-nya di ruangan terbuka, nggak di dalam gedung
Ada kejadian lucu waktu lagi di Queenstown. Jadi waktu hari pertama tiba di Queenstown, setelah meletakan barang bawaan di kamar hostel maka saya dan Janti langsung keluar untuk mencari supermarket dan berburu wi-fi gratisan. Kebanyakan hostel yang saya tinggali nggak memberikan fasilitas wi-fi gratisan, kudu bayar lagi 5 dolar-an atau lebih tergantung kuotanya, pelit dehh. Dasar backpacker kere kami pun langsung keluar sambil menggenggam ponsel mencari koneksi wi-fi di toko-toko yang tersebar di Queenstown. Kami berjalan ke sana ke mari demi wi-fi, susah banget nyari wi-fi gratisan.
Saat melewati salah satu toko yang menyediakan jasa paket wisata kami pun menemukan koneksi wi-fi yang kenceng banget. Kebetulan di dalamnya lagi rame, tanpa ragu kami pun masuk dan mulai browsing peta buat perjalanan keesokan harinya. Rencananya kami mau ke Glenorchy tapi kami nggak tau gimana cara buat ke sana, maksudnya lewat jalur apa gitu. Sambil menunggu Janti browsing saya pun berpura-pura mengambil brosur Bungy Jumping dan pura-pura tertarik gitu sambil kembali duduk di ruang tunggu. Ceritanya saya nunggu dilayanin gitu, padahal mah lagi asik browsing dan whatsappan menyampaikan kabar kalo saya tiba dengan selamat ke orang rumah hehe. “Mbaaaak, akuh lagi di Queenstown nihhhh! Dream come true mbake!”Continue reading “Demi Wi-Fi Gratisan di Queenstown”→
Jalan-jalan ke NZ ini adalah rekor perjalanan saya yang terlama. Terakhir kali jalan-jalan saya paling lama cuma 10 hari doang.
Selama 15 hari itu, di New Zealand saya telah menempuh jarak sejauh 2.783 kilometer dengan menggunakan 2 bus dan 1 mobil dalam waktu 12 hari. Sedangkan di Melbourne nggak keitung saya udah melangkahkan kaki berapa langkah karena diajak keliling kota sama Dominic plus diajak nyasar pulak.
Di New Zealand kami berkendara selama 10 hari sejauh 2.269,5 kilometer dari Queenstown sampai ke Christchurch. Naik bus 2 kali dengan jarak 238 kilometer dan 275 kilometer. Berapa konsumsi bbm selama roadtrip 10 hari itu? Nanti yah di postingan berikutnya.
Ide roadtrip di NZ ini muncul setelah saya browsing sana sini, katanya cara terbaik untuk menikmati keindahan New Zealand adalah dengan cara roadtrip supaya kita bebas bisa berhenti di mana aja buat foto-foto atau sekedar menikmati pemandangan yang buagus. Sebenarnya saya bisa aja memulai roadtrip dari Queenstown sampe ke Christchurch atau sebaliknya tapi karena tujuan utama saya adalah Lake Tekapo yang terletak diantara Christchurch dan Tekapo, maka saya memilih untuk memulai perjalanan dari Christchurch sampai ke Christchurch lagi (Christchurch Loop). Continue reading “15 Hari di Australia – New Zealand”→