My Story

Lebaran Tahun Ini Part 2

Setelah kakak saya datang kami langsung menyelesaikan administrasi pemulangan jenazah dengan ambulance. Biaya pengobatan selama satu minggu ditanggung oleh BPJS dan gratis. Terima kasih BPJS. Kami bagi tim menjadi 2, yang pulang dengan taksi online dan yang menemani di mobil ambulance. Saya pernah naik mobil jenazah dulu waktu hamilnya Kevin, mengantarkan jenazah bude dari rumah sakit ke rumahnya.

Oke, lanjut lagi ceritanya. Saat itu kondisi badan saya dan anak saya sedang nggak fit, demam, batuk pilek. Setelah sampai rumah ibu kami langsung pulang ke rumah saya untuk istirahat. Tapi yang ada semaleman nggak tidur karena kami lagi sakit, hidung mampet, sakit kepala, demam. Sakit kok rombongan. Subuhnya kami bangun dan kembali ke rumah ibu untuk persiapan pemakaman.

Anak saya titip ke rumah tetangga bersama dengan sepupunya, sementara saya membantu memandikan jenazah bapak bersama dengan kakak. Awalnya saya takut, nggak tega tepatnya, tapi akhirnya saya memberanikan diri untuk memandikan alm bapak. Ngapain takut juga, nanti juga kita dimandikan saat waktunya tiba. Sebelum wajah alm bapak ditutup, saya mengambil anak yang saya titipkan untuk berpamitan terakhir kali dengan kakeknya. Kami mengucapkan salam perpisahan dan berdoa untuk bapak.

Pagi itu prosesnya begitu cepat. Jam 7.30 pagi kami bergegas untuk menuju tempat peristirahatan terakhir bapak bersama dengan keluarga besar, kerabat dan tetangga. Sedih sekali saat melihat alm bapak dimasukkan ke liang lahat. Mataku tak kunjung berhenti meneteskan air mata. Hidung pun meler nggak karuan karena emang lagi pilek juga. Setelah prosesi pemakaman selesai kami kembali ke rumah. Saya menahan rasa sakit kepala yang luar biasa di dalam mobil.

Sekembalinya ke rumah saya masih harus menerima teman yang datang untuk menyampaikan belasungkawa. Karena udah gak tahan saya pamit untuk ke dokter dan berobat. Setelah diperiksa detak jantungku berdegup lebih cepat dan disarankan untuk bedrest. Pulang ke rumah ibu saya langsung minum obat dan tidur kaya orang pingsan. Dari situ saya sakit sampe seminggu. Demamnya berhenti sejenak setelah minum obat, tapi abis itu panas lagi. Jadi semuanya pada sakit. Saya sakit dan belum makan 24 jam, anak saya sakit sampai kurus dan nggak makan nasi seminggu, cuma masuk cairan dan sedikit snack. Jadilah kami bedrest di rumah ibu. Ibu saya ganti-gantian ngurusin anak dan cucunya.

Cobaan oh cobaan datang silih berganti. Sepupu saya juga sakit kecapekan nunggu di rumah sakit. Saya disuruh pulang ke rumah suami, boro-boro bangun aja ngga kuat. Kepala berasa berat bener. Beginilah kalo lagi sakit, walaupun udah emak-emak saya maunya sama ibuku terus.

44 hari telah berlalu dan saya baru sekali ziarah mengunjungi makam alm bapak. Tiap kali ke makam atau ingat alm bapak saya mengingat kematian. Begitu dekat hidup ini dengan kematian, dan kita terlalu disibukkan dengan duniawi. Sudahkah kamu mempersiapkan “bekal” untuk masa depan nanti?

Leave a comment