Traveling

Mimpi ke Alaska Menjadi Nyata

dscf4014
Dekat Exit Glacier, Seward

Ini adalah perjalanan lama, karena saya sedang rindu jalan-jalan maka saya ngetik lagi sambik berusaha untuk mengingat kembali. Waktu bulan ramadan kemarin saya baru aja menyelesaikan nonton film Into the Wild yang menceritakan tentang perjalanan seorang cowok muda dan kaya menuju Alaska. Kemudian saya teringat perjalanan saya ke Alaska pada tahun 2016. Saya ke Alaska bukan karena terinspirasi film ini, waktu itu bahkan saya nggak tahu ada film ini. Saya juga nggak tahu bakalan pergi ke Amerika. Semua tentu saja berawal dari mimpi. Perjalanan mimpi dimulai di pagi buta saat saya minta antar kakak saya ke kedutaan Amerika untuk mengurus visa turis.

Pokoknya semua perjalanan saya ke luar negeri itu berawal dari mimpi. Makanya taglinenya DREAM TAKES YOU ANYWHERE! Saya lebih senang kalo punya mimpi didukung. Tapi gak didukung juga gpp ih, malah jadi motivasi untuk menjadikannya nyata. Dulu tuh mimpi saya nggak asal jebret pengen keliling dunia. Saya tahu diri kok, dan duit saya juga pas-pasan. Awalnya mimpi saya dari yang semula cuma kepengen punya paspor doang. Dream destination pertama saya hanya ingin mengunjungi Korea Selatan, kemudian ke Selandia Baru, kemudian ke Eropa, ke Amerika, ke Kanada, sampai ke Amerika Selatan. Oke oke, sekarang kita hanya akan fokus dengan cerita Alaska.

wp-15905860499971516937379.jpg

Saya nggak senekat Alexander Supertramp yang menempuh segala cara hingga sampai ke Alaska, dan menjadikan Alaska sebagai tujuannya. Menurut saya membuang/membakar uang adalah tindakan yang menakutkan. Menurut saya lho, kalo saya mah susah nyari duitnya. Meskipun kita ingin tinggal di alam dan bergantung pada alam beserta isinya, tetapi kita tetap butuh makanan dan peralatan bertahan hidup yang memadai. Ya kali di hutan ada supermarket dan bisa belanja-belanji, Javier! Bukan begitu jeng, maksud saya walau gimanapun duit itu penting. Duit bisa dipake buat beli beras, seperti yang saya lakukan tiap kali bepergian ke luar negeri. Saya nggak sewaktu-waktu nemu restoran dan warung, karena destinasi saya kebanyakan tempat yang sepi dan mayan terpencil. Makanya saya selalu bawa rice cooker & bekal makanan. Saya nggak mau kelaparan di jalan & hostel.

Waktu itu saya merencanakan perjalanan ke Alaska sampe pusing 7 keliling. Mau keliling Alaska tapi nggak ada angkotnya. Mending kalo di Jakarta ada banyak bis dan kopaja. Saya harus mencari informasi bagaimana cara efektif keliling Alaska. Aha dengan road trip!! Akhirnya saya dan teman-teman (2 orang) sewa mobl selama kami di Alaska. Dan waktu kami pun lebih banyak di mobil daripada di hutan. Sebenarnya tujuan saya ke Alaska cuma kepengen hiking doang di denali national park. Saya juga nggak senekat Morgan yang hiking dan keliling Alaska jalan kaki selama puluhan hari. Saya takut beruang dan gak tahan dingin. Kalo ada teman petualang kaya dia sih mau aja diajak petualangan beneran kaya dia. Sekarang saya punya semua peralatan camping tapi izinnya yang nggak saya punya hiks.

Jadi selama 7 hari di Alaska kami ke mana aja?

Seattle – Anchorage (by plane), Anchorage – Matanuska Glacier (by car)

20160910_042540
Fly me to Alaska!

Malam sebelumnya saya tiba di Seatac dan tidur di bandara setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 24 jam dari Cengkareng. Malam pertama harusnya saya tidur di hotel, tapi karena sampainya jam 10 malam dan untuk menghemat biaya (kan kere) juga maka saya memutuskan untuk tidur di bandara sendirian. Ya kan dulu saya berangkat sendiri.

Keesokan harinya saya terbang dengan Alaska Airlines menuju Anchorage. Dari pesawat saya bisa melihat jajaran Chugach mountain, akhirnya saya bisa melihat pegunungan salju lagi. Sekitar jam 7 saya sampai di Anchorage dan langsung sarapan Pizza di bandara bersama teman jalan. Kami satu pesawat dari Seattle ke Anchorage. Kemudian naik bus bandara ke downtown untuk mengambil mobil sewaan. Mumpung masih di kota, kami melipir ke mall di Anchorage dan menitipkan koper dan mobil di tempat sewaan mobil. Jauh – jauh ke Alaska masak main ke mall dan liat baju bikinan Indonesia haha. Di sana kami mampir ke toko kosmetik dan belanja-belanja. Saya cuma beli lipstik cair tapi nggak pernah dipake sampai expired. Kami makan siang di foodcourt mall.

Setelah mengambil mobil, kami bukannya langsung ke penginapan yang mayan jauh jaraknya, tapi malah mampir ke outdoor store REI. Saya udah ngincer sepatu hiking boot dari websitenya tapi stok dengan ukuran saya nggak tersedia waktu itu. Akhirnya kami pulang dengan tangan kosong. Kami melanjutkan perjalanan dari Anchorage ke Palmer, kemudian ke penginapan di dekat Matanuska Glacier.

Kami sampai di penginapan sekitar jam 5 atau jam 7 malam dah, saya lupa. Kami disambit dengan udara dingin khas glacier. Kamar mandi umum terletak di luar kamar kami. Makanya tiap ke kamar mandi langsung menggigil warbiyasak. Siang masih panas, malamnya sudah dingin. Kami tepar di sana, badan saya rasanya rontok. Jetlag? Sudah lupa tuh! Kalo lagi traveling sih semangat selalu dan tidak pernah sakit, hanya lelah saja.

Matanuska Glacier – Denali National Park

20160911_112823.jpg
Matanuska Glacier

Keesokan harinya kami bergabung dengan tour untuk jalan-jalan di atas glacier. Ini adalah kali pertama saya menginjak es beneran. Sebelumnya waktu di Iceland saya cuma liatin glacier dari pinggiran yang di tali doang. DI New Zealand juga gitu. Makanya saya nggak mau melewatkan kesempatan untuk hiking di atas es di Matanuska Glacier.

Setelah main-main di es kami melanjutkan perjalanan ke Denali National Park, hanya untuk tidur. Saat itu cuaca mendung dan hujan, jadi nggak bisa kelayapan di hutan. Lagi pula kami sampainya kesorean di sana. Tempat yang kami datangi jaraknya jauh-jauh, jadi waktunya hanya habis di jalan. Seandainya kami punya waktu lama untuk eksplor Alaska.

Fairbanks

Kami menginap di Fairbanks selama 2 malam. Kami menyempatkan diri untuk keliling kota Fairbanks dan belanja di toko outdoor. Kami beli sepatu hiking boot kembaran 3 pasang dengan ukuran berbeda. Waktu itu saya niatin beli sepatu ini untuk hiking di Alaska dan Patagonia. Mimpi dulu ya ke Patagonianya. Saya udah kepikiran lho sejak tahun 2016 dan baru bisa mewujudkan di tahun 2019, Alhamdulillah.

20160912_234127.jpg

Tidak ada aktifitas alam yang kami lakukan ketika berada di Fairbanks. Kami hanya jalan-jalan ke tempat wisata di kota, belanja dan mampir ke supermarket. Saya menikmati jalan-jalan ke supermarket kalau traveling. Kalau ada pasar tradisional malah saya lebih suka.

Letak Fairbanks ini lumayan agak utara dibanding kota-kota lainnya yang kami singgahi. Katanya sih di sini lebih gampang kalau mau lihat aurora borealis. Sayangnya waktu di sana kami nggak lihat. Akhirnya, di suatu malam yang dingin, saya dan kedua teman jalan memutuskan untuk berkendara ke utara demu berburu aurora borealis. Foto peta ini adalah titik terjauh kami di Fairbanks. Ini hasil googlingnya ci Janti sih, dia nemu aja tempat beginian. Kami ngejogrog di mobil sampai jam 2 pagi demi nyari aurora haha. Ini bukan kali pertama saya hunting aurora, di Iceland jugak tengah malam nongkrong di mobil nungguin aurora haha.

screenshot_2016-09-14-21-33-28.png

Seward

Dari Fairbank kami turun lagi ke bawah peta menuju Seward. Dari ujung utara ke ujung selatan. Kami berkendara seharian kurang lebih 10-12 jam kalau nggak salah. Di jalan sih saya bisa ngemil, foto-foto, ngerekam, dan tidur di mobil. Yang nyetir selama di Alaska kedua teman saya. Kami ber-3 punya SIM internasional, tapi saya nggak berani nyetir di Amerika, setirnya kebalik posisinya. Lagian juga saya nggak jago nyetir.

Jauh-jauh ke Seward ngapain? Oh tentu untuk berlayar seharian penuh di lautan. Kami mengambil tour cruise sehari penuh mengarungi Kenai Fjord National Park. Namanya aja Fjord, agak mirip dengan Milford Sound di New Zealand. Tapi bedanya di sini buanyak glacier. I LOVE GLACIER!!!

Hari itu adalah hari terakhir si operator melayani cruise Kenai Fjord sebelum tutup karena peralihan ke musim dingin. Saya juga udah browsing, di bulan September pertengahan udah nggak ada lagi operator glacier ice walk dan cruise yang buka. Nggak tau kaya gimana winter di Alaska. Musim gugur aja udah dingin kaya begitu.

20160916_143612.jpg

Masih ada lagi tempat yang kami datangi yaitu Exit Glacier dan hiking di Denali National Park. Tapi saya nggak akan menceritakannya di sini (punggung udah pegel). Untuk lebih singkatnya, ikuti perjalanan saya melalui video berdurasi 2 menit di bawah ini. Semoga terhibur ya. Salam kangen jalan-jalan, dari saya! Doain dong supaya bisa traveling lagi dann posting cerita perjalanan lagi di sini, sama my hubby wkwk. Yawla, udah 14 bulan saya nggak traveling, rekorrrr dalam waktu 9 tahun hahaha!

15 thoughts on “Mimpi ke Alaska Menjadi Nyata”

  1. DREAM TAKES YOU ANYWHERE! Oh, couldn’t agree more! Selalu suka baca cerita pengalaman orang-orang yang berhasil traveling sana-sini, dan mulanya cuma dari mimpi. Semoga bisa ngikutin jejakmu untuk lebih berani bermimpi, sekaligus mewujudkannya. Btw Alaska so magical yaaa ❤

    1. Bener banget, semua bermula dari mimpi. Jangan takut untuk bermimpi, apapun itu. Dulu pas mau apply visa Amerika aja awalnya gak pede, ngimpi banget. Siapa yang nyangka aku jadi bolak-balik ke sana hihi. Semoga kesampean ya untuk mewujudkan mimpimu, amin.

  2. Cadas petualangan ke Alaska. Ya kalau udah nikah prioritasnya beda memang…moga-moga bisa berpetualang lagi dengan mas nya. Kalau sekarang dunia traveling masih pusing gara-gara Corona…hehehe..

  3. Halo, senang bisa (gak sengaja) menemukan blog ini dan tulisan2 menarik di dalamnya 🙂 very nicely-written indeed. I’ve always wanted to go to Alaska especially Fairbanks, so I guess you’re one extremely lucky gal! Salam kenal dari follower baru!

  4. Sempat ketemu rusa karibou gitu ga Mba selama di Alaska? Entah kenapa kalau denger Alaska selalu ingatnya dua hal: karibou dan Sarah Pallin. 🙂

Leave a comment