Traveling

Bercadar di Iran

20161118_132725.jpg
Iranian woman

Lanjutan cerita yang kemarin waktu dicolek orang asing di terminal bus di Tehran.

Pagi itu tadinya saya mau turun di terminal bus Kaveh, tapi pada kenyataaannya malah turun di terminal Bus Soffeh bersama dengan 5 orang cewek Iran, teman nemu di jalan. Setelah turun dari bus dan berpisah ala Iran, tinggalah saya bersama dengan Sarah yang berjalan kaki keluar terminal untuk menunggu ayahnya datang menjemput. Saat jalan kami sempat ngobrol banyak hal. Dia menanyakan saya, “Eh lo suka gak sama gaya pakaian lo?”

“Suka, lo?” Saya tanya balik.

“Enggak, gue gak nggak suka.” Jawab Sarah.

Saya agak terkejut mendengar pengakuan Sarah, kirain semua cewek Iran suka dengan gaya pakaian mereka yang tertutup. Ternyata mereka hanya mengikuti aturan pemerintah saja untuk selalu mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariat islam. Saya sendiri senang melihat gaya berpakaian cewek Iran yang tertutup, dan trendy walaupun warnanya didominasi oleh warna gelap. Iya sih, saya suka liat cewek yang pakaiannya tertutup, tapi kalo saya sendiri yang disuruh pake hijab beneran.. belum siap hihi.

Kalo gaya berpakaian Sarah masih biasa, seperti saya, yang mengenakan celana jeans, jaket dan rambutnya masih keliatan walau ditutup pashmina. Sedangkan gaya berpakaian Saeideh beda lagi, dia benar-benar tipikal cewek Iran yang berpakaian tertutup. Udah pake jilbab lebar, luarannya masih ditutup lagi dengan chador, chadar, chadah, chaddar, chader, chadur, shador  atau apalah namanya (bukan cadar penutup muka seperti wanita arab ya).

20161118_125523.jpg
Wanita berchador

Saya bingung gimana cara pake cadar (gak tau namanya), kok bisa nggak melorot ya, kainnya itu kan panjang dan lebar banget.  Menurut Wikipedia, chador itu adalah “Full body length semicircle of fabric that is open in the front. This cloth is tossed over the woman’s or girl’s head, but then she holds it closed in the front. The chador has no hand openings, or any buttons, clasps, etc, but rather it is held closed by her hands or tucked under the wearer’s arm.” Nah jadi tau kan..

Sebelum revolusi Iran, chador hitam diidentikan sebagai warna berkabung. Tapi sekarang tidak lagi, sebagian besar wanita Iran mengenakan chador polos hitam di bagian luar, kemudian di bagian dalamnya mereka mengenakan pakaian dan hijab berwarna terang, seperti teman baru saya si Saeideh itu.

Sepanjang pengamatan saya, chadornya di Iran kebanyakan berwarna hitam polos, sedangkan di Afghanistan warnanya bervariasi, ada corak, nggak polos. Kok tau? Iya dong, saya kan abis nonton film Iran Afghanistan, bagus deh filmnya, menceritakan kehidupan seorang pengungsi Afghanistan yang harus berjuang mencari sesuap nasi di Iran secara illegal. Judulnya Baran yang artinya hujan. Kalo korea Baram, artinya angin. Mirip kann, lah jadi ngomongin bahasa asing haha.

20161118_141344.jpg
Di Sa’dabad Complex

Nggak semua wanita di Iran mengenakan chador, ada pula yang mengenakan pakaian biasa. Biasa di sini maksudnya pake celana panjang dan pakaian panjang. Warna pun nggak selalu hitam. Selama di Iran saya cuma mengenakan kemeja flannel lengan panjang dan batik madura dengan panjang lengan ¾, bawahannya celana jeans biasa. Cuma atasannya aja ditutup pashmina. Saya kesulitan memakai hijab karena nggak terbiasa. Setiap melorot selalu diingetin, ehhhh rambutnya keliatan tuhhh! Oh iya hehe.

 

wp-1480085581917.jpeg
Batik madura di Iran

Kemarin saya nonton film Iran salah satunya About Elly, di film Iran itu gaya berpakaian ceweknya biasa aja. Maksudnya cuma pake celana jeans panjang, kemeja atau blus polos panjang, dan hijab yang cuma dililit ke leher, rambutnya masih keliatan. Tapi kok ya tetep aja keliatan cantik mereka-mereka itu. Emang ya kalo udah cakep mau pake baju apa aja tetap aja keliatan cakep, apalagi kalo pakaiannya tertutup. Ihh saya yang cewek aja suka liatin cewek-cewek Iran, gimana cowok-cowok Indonesia yang liat cewek Iran. Saya punya foto cewek Iran nih, cantiiiik banget, tapi masih bocah. Ya ampun anak kecil aja cantiknya udah kayak gini, gimana omnya, pasti ganteng, lahhhh. Fokus ceritanya ke cewek Iran!!

20161120_112515.jpg
Tante Bijo dan Baran

Waktu di pesawat dalam perjalanan pulang dari Tehran ke Kuala Lumpur saya duduk sebaris dengan ibu dan anak di deretan kursi dekat jendela. Waktu saya baru datang ke kursi saya di pesawat, udah ada yang nempatin tempat duduk saya. “Hai, bisa tukeran kursi nggak? Seharusnya saya yang duduk di sana.” 

Si ibu malah tersenyum tapi nggak nyuruh anaknya pindah, saya nanya lagi, kemudian anaknya keliatan kesel pas saya suruh pindah duduk dari jendela ke tengah haha. Saya mengamati pakaian dan make up mereka yang total. Mereka memakai celana hitam ketat, sepatu boot sebetis, atasan semacam coat panjang. Saya mengamati anaknya yang kelihatan nggak nyaman selama di pesawat dan melepas sepatu bootnya, kemudian gelisah sepanjang malam. Mereka gaya, sementara saya cuma pake celana trening. Setelah pesawat lepas landas mereka melepas hijab mereka dan anaknya mengeluarkan alat make up, tetep ya dandan walau udah malam hihi.

Kata Ali, cewek Iran tergila-gila dengan penampilan dan make up tebal, mereka suka banget dandan dan operasi plastik. Saya waktu pertama kali tau kaget, kok pada oplas, mereka kan udah cakep dari sananya. Yang paling saya inget dari mereka adalah alisnya, pasti pada pake pensil alis tebal. Terlepas dari itu semua, saya senang kok bisa berkenalan dengan cewek-cewek Iran, saya merasa sangat terharu diajak jalan bareng dan dijamu di rumahnya Sarah bersama dengan orang tuanya. Ini kok saya jadi cerita gaya berpakaian wanita Iran yah, tadinya kan mau lanjutin cerita yang kemarin. Saya penasaran deh kalo ke Iran lagi pengen nyobain pake chador hehe.

Advertisement

26 thoughts on “Bercadar di Iran”

  1. setahuku, dari buku-buku yang saya baca tentang iran, memang kebanyakan berpakaian tertutup karena terpaksa alias aturan pemerintah. Aslinya mereka malah keranjingan dandan dan memang patut diakui orang-orang iran dianugerahi paras yang rupawan.

  2. Keliatannya wanita di seputar Timur Tengah memang suka dandan, kalau diperhatikan. Mungkin ada mitos, makin tebal make up nya makin tinggi status sosialnya ☺☺☺

  3. Bukan karena islam sunni (Indonesia bnykan sunni) lbh toleran ya? Eh. Kecuali yg garis keras lho. Apakah mereka tahu bahwa mba Bijo islam sunni?

    1. Mungkin..
      Aku pernah ditanya agamanya islam apa. Aku jawab gak tau ada berapa islam, pokoknya aku islam, terus kami sempat ngobrol panjang tentang agama ini, sampe ngaji bareng, hehe.
      Nanti aku bikin postingan terpisah tentang ini.

  4. Baru tau kalau ternyata di negara islam seperti iran sendiri penduduknya seperti itu. Berarti nggak beda sama indonesia ya, eh aceh ding lebih tepatnya… Kalau hobi dandan itu nyerah deh. Entah darimana ya definisi cantik karena make-up tebal itu berasal

  5. Kalo aku baca bukunya Trinity ya begitu, tempat operasi plastik yang paling banyak itu di Korsel dan kedua di…IRAN haha. Dan Bijo udah 22nya ya main ke sana *kasihtatapanlasersirik

    About Elly aku suka. Aku sukaaa banget film2 Iran ketimbang film Perancis *lha kok jadi ngomongin Perancis 😀

    1. Emang ada di bukunya ya? Di postingan blognya Trinity kali maksudnya.

      Iya udah ke Korea 2 kali dan Iran, tapi gak minat oplas 🙈

      Film Iran bagus-bagus sih. Kalo aku sukanya abang Iran daripada abang Perancis, lahh 😂

      1. Ada di bukunya kok, ntar kalo baca lagi aku colek di twitter ya hehehe.

        Aku sih mau Perancis atau Iran ceweknya suka semua. Big problem is… merekanya yang eneg 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s